Membaca Secara Jernih Hukuman Mati Shaikh Nimr Baqir di Saudi

Prof Sumanto Al Qurtubi (Dok Facebook)
Prof Sumanto Al Qurtubi (Dok Facebook)

Oleh: Prof Sumanto Al Qurtubi
Dosen King Fahd University of Petroleum and Minerals at Dhahran, Saudi Arabia

“Kuliah virtual” singkat kali ini tentang eksekusi massal hukuman mati terhadap 47 tersangka gerakan terorisme, separatisme, sektarianisme & ekstremisme yang sedang “heboh”.

Dari 47 itu, dua nama sangat pupuler: Shaikh Nimr Baqir al-Nimr (tokoh “sayap radikal” Syiah) dan Faris Al-Shuwail (gembong Al-Qaeda di Saudi). Sebagian besar mereka dihukum karena kasus “terorisme domestik” yang menimpa Arab Saudi sejak beberapa tahun silam.

Hukuman terhadap “kelompok teroris” ini semakin gencar sejak Kementerian Dalam Negeri dipimpin oleh Putra Mahkota Muhammad bin Nayef yang “digadang-gadang” oleh Amerika & warga Saudi sebagai pemimpin masa depan.

Penting untuk dicatat di sini: pertama, Kerajaan Saudi tidak pernah kompromi terhadap aneka gerakan dan aksi-aksi terorisme & ekstremisme siapapun pelakunya (Wahabi, Syiah, Sunni, Ikhwan, Al-Qaedah, ISIS, dan lain sebagainya) karena akan mengganggu & mengancam stabilitas sosial-politik, ekonomi, dan keamanan negara & masyarakat.

Banyak para tokoh “Wahabi/Ikhwan radikal” yang dipenjara & dieksekusi karena terlibat berbagai kasus kekerasan domestik seperti yang menimpa Juhayman al-Utaibi yang pernah “mengkudeta” Mekah.

Kedua, eksekusi terhadap Shaikh Nimr al-Nimr bukan karena kapasitasnya sebagai “tokoh agama Syiah” tapi karena keterlibtannya dalam berbagai upaya makar (separatisme & sektarianisme) terhadap Pemerintah Saudi. Sejak Revolusi Iran 1979 (dan diperkuat sejak tumbangnya “rezim Sunni” Saddam Hussein Irak), para tokoh Syiah Saudi terbelah: ada yg “pro-Iran”, ada yang pro-Saudi.

Syaikh Nimr adalah salah satu klerik yang dianggap sebagai “perpanjangan tangan politik Iran” yang paling gencar dalam melakukan aksi-aksi resistensi terhadap Dinasti Saud. Apakah semua tokoh-tokoh Syiah Saudi pro Nimr al-Nimr? Jelas tidak.

Ada banyak tokoh Syiah Saudi (seperti Shaikh Hassan Al-Saffar, Shaikh Jafar Al Shayeb, Sayyid Hasyim al-Salman, dan lain sebagainya) yang menentang tindakan-tindakan Syaikh Nimr karena dianggap tidak “strategis” dan merugikan warga Syiah Saudi.

Banyak para tokoh Syiah Saudi yang lebih memilih “jalan damai” dan bergabung di “Dialog Nasional” yang diprakarsai oleh mendiang Raja Abdullah yg dikenal sangat moderat & toleran terhadap kaum Syiah.

Akhirul kalam, teman-teman di Indonesia tidak usah “overdosis” dalam menanggapi kasus eksekusi terhadap Nimr al-Nimr ini.

Saya lihat “kubu liberal” mengkritik keras eksekusi terhadap tokoh ini sambil mewacanakan tentang diskriminasi HAM Syiah tanpa melihat posisi & aksi-aksi kubu Syiah yang moderat & pro-Saudi.

Sementara “kubu radikal” melihat fenomena ini sebagai momentum untuk “mengganyang” Syiah di Indonesia tanpa melihat alasan-alasan eksekusi & peta geo-politik di Saudi & Timur Tengah.

Mereka tidak melihat bahwa eksekusi itu bukan lantaran Nimr al-Nimr itu pengikut Syiah yang sesat tapi karena keterlibatannya sebagai “spion” dan “pion” Iran di Saudi. Kedua kubu sama-sama melakukan “korupsi fakta” utk kepentingan masing-masing.

Jadi teman-teman, sekali lagi saya tegaskan, masyarakat Indonesia jangan sampai terbawa arus konflik dan kekerasan geo-politik di Arab & Timur Tengah.

Indonesia adalah Indonesia yg memiliki sejarah sendiri & kebudayaan sendiri yang harus dijaga bersama-sama, jangan sampai menjadi porak-poranda karena mengikuti dan “membeo” perseteruan negara-negara lain yang tidak memiliki sangkut-paut dengan kepentingan bangsa, negara & Tanah Air tercinta.

Dikutip dari akun Facebook Sumanto Al Qurtubi

Simak berita dan artikel lainnya di Google News