Timika, didaerah Maluku, NTB dan Papua, ternyata ulat sagu yang biasa ditemukan pada pohon sagu bisa menjadi makanan sehari-hari.
Padahal seperti kita ketahui banyak diantara kita yang merasa jijik saat melihat ulat. Tapi siapa sangka, ada beberapa suku di Indonesia yang menyukai ulat mentah sebagai makanan. Ulat sagu, begitu namanya, yang biasa ditemukan pada pohon sagu atau pohon kelapa yang telah mati.
Diantaranya adalah Suku Kamoro yang tinggal di Kabupaten Timika, Papua, adalah penggemar ulat sagu. Ulat berwarna putih ini seukuran jempol orang dewasa, dan merupakan sumber protein yang penting bagi masyarakat suku disana.
Bahkan salah pria Suku Kamoro mengatakan bahwa “Ini bisa jadi obat kuat laki-laki,” seperti yang kami kutip dari detikTravel, Kamis(29/01/2015)
Dalam penyajiannya Ulat sagu bisa dimakan mentah-menta atau bisa juga dibakar dulu. Rasanya lebih enak kalau dibakar, seperti sate. Kepala ulat sagu sangat keras dan tidak dimakan. Cara memakannya adalah dengan dipegang kepalanya, gigit badannya. Kepalanya lalu dibuang.
Apabila sudah matang, Dagingnya Kenyal, dengan tekstur kulit seperti karet. Daging di dalamnya seperti lemak. Rasanya nyaris tawar dengan sedikit beraroma seperti nangka. Variasi lain dari ulat sagu ini dimakan dengan sagu dan dibungkus daun seperti pepes.
Untuk lebih nikmat rasanya di Maluku, ulat sagu diolah dengan aneka bumbu yang menambah nikmat rasanya.