Suasana penuh suka cita menyelimuti Dusun Doro, RT 03/01, Desa Karang Wedoro, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, pada Minggu (5/10/2025). Ratusan warga tampak antusias menghadiri acara aqiqah anak pasangan Abdurrohman dan Putri Nur Fadhilah. Momen sakral yang sarat makna spiritual ini berubah menjadi pesta rakyat yang meriah, menghadirkan aneka kesenian tradisional khas Lamongan.
Dua putri mungil, Melvyn Rayadinata Rohman dan Maureen Rayadinata Rohman, menjadi pusat perhatian dalam acara aqiqah yang berlangsung khidmat sekaligus meriah. Sejak pagi, warga berdatangan untuk ikut bersyukur, berdoa, dan menikmati suguhan budaya yang disiapkan tuan rumah.
“Ini adalah ungkapan rasa syukur kami kepada Allah SWT atas karunia dua putri yang luar biasa. Semoga keduanya tumbuh menjadi anak yang salihah, berbakti kepada agama, orang tua, bangsa, dan negara,” ujar Abdurrohman yang akrab disapa Ebo, penuh haru kepada awak media.
Dalam Islam, aqiqah bukan sekadar tradisi penyembelihan hewan, melainkan ibadah yang sarat makna. Selain sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT, aqiqah juga meneladani sunnah Nabi Muhammad SAW, mempererat silaturahmi, dan menanamkan nilai kedermawanan.
Daging hewan aqiqah yang dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan warga sekitar menjadi simbol kebersamaan dan rasa cinta kasih dalam masyarakat. “Melalui berbagi, kita menumbuhkan nilai luhur kedermawanan dan memperkuat ikatan sosial,” kata salah satu tokoh masyarakat setempat.
Selain itu, aqiqah dipercaya sebagai bentuk tebusan dan doa untuk anak, sebagaimana kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Harapannya, anak yang diaqiqahi kelak dapat menjadi penyejuk hati dan pemberi syafaat bagi kedua orang tuanya di akhirat.
Tak hanya bernuansa religius, acara aqiqah keluarga Abdurrohman ini juga menjadi ajang pelestarian budaya lokal. Warga disuguhi parade kuda hias, drumband, dan reog Ponorogo “Tirto Arum Putra Sejati”, yang memeriahkan suasana sore hari.
Malam harinya, acara dilanjutkan dengan Campursari Soetama Budaya, menambah semarak dan kehangatan di tengah masyarakat. Musik tradisional berpadu dengan tawa dan canda warga yang larut dalam suasana gembira.
“Kami ingin aqiqah ini tidak hanya menjadi wujud ibadah, tapi juga ajang untuk mempererat silaturahmi dan menjaga kelestarian kesenian daerah,” ungkap Ebo.
Warga Dusun Doro tampak kompak dan antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Bagi mereka, aqiqah ini bukan hanya pesta keluarga, melainkan perayaan nilai-nilai luhur yang perlu diwariskan kepada generasi muda.
“Acara seperti ini memperlihatkan betapa masyarakat Lamongan masih menjunjung tinggi tradisi Islam, sembari tetap melestarikan budaya lokal,” tutur pewarta Hadi Hoy, yang meliput langsung kegiatan tersebut.
Harapannya, semangat gotong royong, rasa syukur, dan kecintaan terhadap budaya yang tercermin dalam acara ini dapat terus terjaga di tengah masyarakat.
“Aqiqah ini bukan hanya tentang menyembelih kambing, tapi juga menyembelih sifat egois dalam diri. Lewat berbagi dan bersyukur, kita menjadi hamba yang lebih dekat dengan Allah dan sesama,” tutup salah satu tokoh masyarakat dengan penuh makna. Pewarta: Hadi Hoy