Pengamat geopolitik Hendrajit menilai pendekatan statistik semata tidak cukup dalam menghadapi persoalan keracunan massal yang menimpa program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, masalah ini menyangkut emosi dan perasaan manusia, sehingga tidak bisa sekadar dilihat dari angka ribuan dibanding miliaran.
“Jika kejadian yang sepertinya acak ini terus berulang hingga keracunan mencapai ribuan orang, berarti ada pola yang harus dievaluasi secara menyeluruh. Mulai dari proses produksi, distribusi, sampai ke konsumen,” ujar Hendrajit, Sabtu (27/9/2025).
Ia mempertanyakan mengapa sejak awal pelaksanaan program MBG tidak mendayagunakan potensi komunitas lokal seperti ibu-ibu PKK, Kowani, maupun para pengelola kantin sekolah dan perkantoran. Hendrajit juga menyoroti peran karang taruna yang dimotori anak-anak muda.
“Sebagai komunitas, mereka punya peta jalan dan pengalaman mengelola program sejenis. Mereka bukan orang kemarin sore di dunia katering,” tegasnya.
Menurut Hendrajit, keterlibatan kelompok masyarakat tersebut dapat diorganisasi dalam konsep Dapur Umum. “Dengan begitu, pengawasan dan kualitas makanan lebih terjamin, sekaligus memberdayakan masyarakat setempat,” tutupnya.