Hendrajit: Two State Solution Jadi Momentum Strategi Diplomasi Palestina, Seperti Perjuangan RI 1945-1949

Pengamat geopolitik Hendrajit menilai gagasan Two State Solution dapat diterima sebagai langkah awal diplomasi untuk memecah kebuntuan konflik panjang Israel–Palestina. Menurutnya, pendekatan ini selaras dengan semangat dekolonisasi dan bisa menjadi momentum strategis bagi Palestina selama tetap berorientasi pada kemerdekaan penuh.

“Two State Solution bisa kita terima asalkan dipandang sebagai strategi diplomasi memecah kebuntuan yang berlangsung sejak 1947–1948,” ujar Hendrajit, Kamis (25/9/2025).

Ia menilai perjuangan Indonesia melawan kolonialisme Belanda pada 1945–1949 bisa menjadi cermin sekaligus inspirasi bagi rakyat Palestina.

Hendrajit mencontohkan bagaimana Indonesia melewati proses perundingan sulit bersama Belanda, mulai dari Perjanjian Linggajati hingga Renville, yang keduanya jauh dari kata ideal dan bahkan diingkari Belanda. Namun, momentum justru berbalik menguntungkan Indonesia melalui Perjanjian Roem–Royen yang membuka jalan menuju Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949. “Hasil KMB pun bukan tanpa kerugian, tetapi tujuan politik strategisnya tercapai: Indonesia diakui sebagai negara merdeka,” tegasnya.

Baca juga:  Nasib Demokrasi di Era Pemerintahan Prabowo

Dengan perspektif itu, Hendrajit menilai Two State Solution sejatinya adalah bagian dari upaya menata ulang ketidakadilan pembagian wilayah Palestina yang diputuskan PBB pada 1947—sebuah warisan kolonialisme terselubung. Namun, ia menggarisbawahi pentingnya kesatuan visi antara Otoritas Palestina dan Hamas meski menempuh strategi berbeda.

“Dalam revolusi fisik kita, Sutan Sjahrir yang mengutamakan diplomasi dan Jenderal Sudirman yang memilih perlawanan bersenjata sama-sama berperan penting. Untungnya Sukarno-Hatta mampu menjadi penyeimbang sehingga Indonesia merdeka,” kata Hendrajit.

Ia juga menilai ada konstelasi global baru yang tengah tumbuh dan berpotensi menciptakan tatanan dunia baru, entah melalui jalan damai maupun konflik berskala besar. Dalam konteks ini, Hendrajit mengapresiasi pidato Presiden Prabowo Subianto di Majelis Umum PBB yang dianggapnya menunjukkan keberpihakan pada perjuangan Palestina.

Baca juga:  Palestina Merdeka, Israel Go to Hell

The devil is in the detail, seperti kata Dina Y. Sulaiman. Tujuan strategis mewujudkan Palestina merdeka tidak bisa ditawar-tawar,” tutup Hendrajit, menekankan bahwa momentum diplomasi internasional saat ini berada di sisi Palestina.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News