PPJNA 98: Ada Peran Dasco Terkait Kebijakan Prabowo Beri Abolisi ke Tom Lembong dan Amnesti untuk Hasto

Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan abolisi kepada Thomas Lembong dan amnesti bagi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tak hanya mengejutkan publik, tetapi juga membuka babak baru dalam strategi rekonsiliasi nasional. Ketua Umum Perhimpunan Pergerakan Jejaring Nasional Aktivis 98 (PPJNA 98), Anto Kusumayuda, menilai bahwa langkah monumental ini tak lepas dari peran kunci politisi Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.

Dalam pernyataan tertulis yang diterima redaksi, Anto menyebut bahwa Sufmi Dasco Ahmad adalah sosok yang selama ini menjadi penghubung penting antara kekuatan politik yang selama Pemilu 2024 saling berseberangan. Ia menyebut Dasco tidak hanya sebagai Wakil Ketua DPR RI, tetapi juga sebagai arsitek komunikasi lintas partai dan aktor penting dalam konsolidasi elite nasional pascapemilu.

“Kami melihat ada jejak tangan dingin Dasco dalam kebijakan Prabowo ini. Abolisi terhadap Tom Lembong dan amnesti bagi Hasto bukan sekadar keputusan legal, tetapi juga simbol politik bahwa Prabowo sedang menegaskan arah pemerintahannya ke depan: merangkul, bukan memukul,” ujar Anto Kusumayuda, Jumat (1/8/2025).

Langkah abolisi yang diberikan kepada Tom Lembong — mantan Kepala BKPM yang pernah keras mengkritik kebijakan Prabowo — menjadi indikasi bahwa Prabowo tidak memandang lawan politiknya sebagai musuh yang harus dienyahkan. Sebaliknya, ia menilai kompetisi politik sebagai dinamika demokrasi yang harus dijembatani oleh pemimpin negarawan.

Sementara itu, amnesti bagi Hasto Kristiyanto — yang saat ini terjerat kasus hukum terkait dugaan obstruction of justice — menunjukkan bahwa Prabowo membuka ruang dialog politik dengan PDIP, rival terbesarnya dalam pemilu. Ini bisa diartikan sebagai gestur simbolik bahwa masa kompetisi telah berakhir, dan saatnya membangun bersama.

Baca juga:  Minta Pendukung Ganjar tak Pilih Capres Langgar HAM, PPJNA 98: Adian Menampar Megawati dan Jokowi

Anto mengungkapkan, meski keputusan itu secara formal berada di tangan presiden, namun dinamika politik di balik layar kerap melibatkan pertimbangan dari tim kecil yang sangat berpengaruh. Dalam hal ini, kata dia, nama Sufmi Dasco Ahmad patut disebut sebagai “penata langkah damai.”

“Dasco adalah orang yang mengerti denyut kekuasaan dan titik rawan konflik. Ia memainkan peran sebagai juru damai tanpa harus tampil di permukaan. Inilah kekuatan strategis yang tidak banyak diketahui publik,” tambah Anto.

Langkah ini juga menunjukkan bahwa Prabowo tidak hanya fokus pada stabilitas pemerintahan, tetapi juga ingin membangun pondasi sosial-politik yang lebih kuat. Dalam pandangan PPJNA 98, rekonsiliasi nasional bukan sekadar jargon, melainkan proyek besar yang sedang dirancang sejak sebelum pelantikan.

Anto menilai bahwa politik pascareformasi selalu diwarnai dengan dendam sejarah dan polarisasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, jika Prabowo ingin meninggalkan legacy sebagai pemimpin pemersatu, maka keputusan-keputusan seperti abolisi dan amnesti perlu diperluas, tentu dengan batas dan pertimbangan hukum yang matang.

“Jangan melihat abolisi dan amnesti sebagai upaya mengintervensi hukum. Justru ini adalah jalan hukum yang sah, dan digunakan untuk tujuan stabilitas dan harmoni bangsa. Dasco, menurut saya, paham betul etika dan manuver di antara garis ini,” tutur Anto.

Baca juga:  Rendahkan TNI/Polri dan Panglima TNI, PPJNA 98: Megawati Emosi Jagoannya akan Kalah di Pilpres 2024

Sufmi Dasco Ahmad dikenal sebagai loyalis Prabowo sejak lama dan memiliki posisi strategis di partai maupun parlemen. Namun publik jarang melihatnya mengambil alih spotlight. Justru di balik sikap rendah hati itulah, kata Anto, Dasco mampu membangun jembatan antar kelompok elit, baik sipil maupun militer, nasionalis maupun religius.

“Kita bisa menyebutnya sebagai maestro tak terlihat. Ia bekerja tenang, tapi terukur. Jika rekonsiliasi ini berhasil, maka Dasco adalah salah satu dalang cerdas di belakang layar. Perannya bukan hanya teknis, tapi juga konseptual,” ungkap Anto.

PPJNA 98 menyatakan akan terus mendukung langkah-langkah rekonsiliatif yang dilakukan oleh pemerintahan baru, selama berpijak pada kepentingan rakyat, bukan bagi-bagi kekuasaan. Menurut mereka, keberanian Prabowo — ditopang oleh para penasihat seperti Dasco — bisa menjadi titik balik demokrasi Indonesia menuju fase kedewasaan baru.

Langkah Prabowo memberikan abolisi dan amnesti menandai fase baru dalam hubungan antar elite politik di Indonesia. Ini adalah sinyal kuat bahwa Prabowo ingin memimpin dengan pendekatan persatuan. Namun, aktor-aktor seperti Sufmi Dasco Ahmad memainkan peran sentral dalam memastikan bahwa proses ini berjalan mulus tanpa menabrak norma hukum dan moral.

Anto Kusumayuda menutup pernyataannya dengan harapan:

“Kami ingin melihat Indonesia yang damai, inklusif, dan menghargai keberagaman politik. Jika Dasco dan Prabowo bisa terus menjaga arah ini, maka bangsa ini layak berharap banyak pada lima tahun ke depan.”

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News