Di tengah hiruk pikuk zaman yang semakin modern, semangat menjaga warisan budaya tetap hidup membara di Dusun Klating, Desa Takeran Klating, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan. Tradisi Sedekah Bumi kembali digelar dengan penuh kekhidmatan dan kegembiraan. Namun, yang menarik perhatian tahun ini bukan hanya semarak budaya, melainkan juga kehadiran aparat keamanan yang tidak sekadar bertugas, tetapi turut menyatu dalam irama kehidupan masyarakat: Polsek Tikung.
Kapolsek Tikung, AKP Anang Purwo Widodo, S.H., memimpin langsung partisipasi jajarannya dalam kegiatan ini. “Kami hadir untuk memastikan bahwa tradisi Sedekah Bumi ini berjalan dengan lancar, aman, dan kondusif. Ini bukan sekadar tugas pengamanan, tapi juga bagian dari upaya membangun kedekatan antara polisi dan masyarakat,” tuturnya saat ditemui di lokasi acara, Selasa (29/7/2025)
Sedekah Bumi di Dusun Klating bukan sekadar ritual tahunan. Ia adalah wujud syukur atas limpahan rezeki dari bumi, hasil panen, serta simbol harmoni antara manusia, alam, dan Yang Maha Kuasa. Warga membawa hasil bumi terbaik mereka—padi, buah, sayuran, hingga jajanan pasar—untuk kemudian dikumpulkan di balai dusun dalam satu upacara bersama yang sarat nilai spiritual dan kebersamaan.
Prosesi dimulai sejak pagi hari dengan kirab budaya yang melibatkan anak-anak sekolah, ibu-ibu pengajian, petani, pemuda karang taruna, hingga perangkat desa. Semua tampil dalam busana tradisional, mengusung gunungan hasil bumi dan bendera merah putih. Iringan gamelan dan suara lesung menambah suasana menjadi magis, seolah mengajak semua yang hadir untuk menapaki jejak masa lalu yang luhur.
Dalam momen yang begitu sarat makna itu, kehadiran aparat dari Polsek Tikung tidak terasa mengintimidasi. Sebaliknya, mereka membaur. Terlihat beberapa anggota ikut membantu mengatur arus lalu lintas saat rombongan kirab budaya melewati jalan desa yang sempit. Ada pula yang tampak membantu para lansia yang kesulitan menaiki tangga ke balai dusun.
“Ini adalah bagian dari pendekatan humanis kami,” jelas AKP Anang. “Polri bukan hanya penegak hukum, tapi juga bagian dari komunitas. Kami ingin warga merasa nyaman, dan tahu bahwa kami ada untuk mereka.”
Menurutnya, pengamanan seperti ini juga memberi ruang kepada anggota untuk lebih memahami dinamika sosial budaya masyarakat desa. “Kita bisa belajar banyak dari nilai-nilai gotong royong dan spiritualitas warga di sini. Bahkan bagi kami sendiri, ini menjadi pengalaman yang memperkaya.”
Peran Polsek Tikung dalam Sedekah Bumi Dusun Klating menjadi bukti bahwa keamanan tidak hanya dibangun dari patroli dan tilang, tetapi juga dari kepercayaan dan kedekatan emosional. Di tengah tantangan keamanan yang kian kompleks, pendekatan seperti ini adalah fondasi penting dalam membangun polisi yang dicintai dan dipercaya rakyat.
“Semoga ini menjadi contoh baik, bahwa polisi bisa hadir tidak hanya ketika ada masalah, tapi juga ketika masyarakat sedang bersuka cita,” ujar AKP Anang di akhir kegiatan.
Sedekah Bumi pun usai dengan damai. Gunungan hasil bumi dibagikan, doa-doa dilangitkan, dan langit sore Dusun Klating terasa lebih sejuk. Di balik layar, ada tangan-tangan tak terlihat yang menjaga semuanya tetap tenteram — termasuk dari balik seragam cokelat milik anggota Polsek Tikung, yang telah membuktikan bahwa menjaga budaya sama pentingnya dengan menjaga keamanan. (Hadi Hoy)