Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat politik dan kader Muhammadiyah Kudus
Ketua Harian DPP Partai Gerindra Prof Sufmi Dasco Ahmad sangat memperhatikan kaderisasi Partai Gerindra. Untuk keberlangsungan organisasi termasuk partai politik, kaderisasi sangat diperlukan. Ia memainkan peran penting dalam mengelola dan mempersiapkan kader-kader partai untuk menghadapi tantangan politik masa depan
Prof Dasco mampu menerjemahkan kaderisasi Gerindra secara baik dari Prabowo Subianto. Wakil Ketua DPR merekrut orang-orang muda menjadi kader Gerindra. Istilah Bambang Pancul–Prof Dasco itu menjadi galah anak-anak muda khususnya kalangan ‘Korea’ yang ingin berkarir di dunia politik.
Dasco membuka peluang bagi kalangan muda, perempuan, dan profesional untuk bergabung dengan partai, menciptakan keragaman dalam keanggotaan. Langkah ini menunjukkan komitmen terhadap representasi yang lebih luas. Dengan melibatkan kelompok yang beragam, partai dapat memperkuat legitimasi dan menarik dukungan dari berbagai segmen masyarakat. Namun, rekrutmen inklusif ini membutuhkan strategi integrasi yang baik agar kader baru dapat beradaptasi dengan budaya partai tanpa kehilangan identitas mereka.
Generasi muda dianggap sebagai aset strategis partai. Prof Dasco sering melibatkan mereka dalam kegiatan partai, baik dalam diskusi strategis maupun kampanye. Generasi muda memiliki potensi besar sebagai agen perubahan dan inovasi dalam politik.
Dengan memberi ruang bagi mereka, Prof Dasco tidak hanya membangun kaderisasi masa depan tetapi juga memperkuat daya saing partai di tengah tren pemilih muda.
Prof Dasco menekankan meritokrasi sebagai elemen fundamental dalam memilih kader. Kompetensi, kinerja, dan kemampuan individu menjadi prioritas dibandingkan faktor lain seperti nepotisme atau loyalitas tanpa kontribusi nyata. Pendekatan ini menunjukkan upaya Prof Dasco untuk memutus rantai politik patronase yang sering mengakar dalam partai politik Indonesia. Dengan meritokrasi, partai tidak hanya mendapatkan kader yang unggul, tetapi juga meningkatkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
Prof Dasco menekankan pendidikan politik menjadi fondasi bagi kader untuk memahami ideologi partai, strategi politik, dan dinamika kebijakan publik. Rektor Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) ini mendorong pelatihan terstruktur yang dilakukan secara internal maupun melalui kolaborasi eksternal. Pendekatan visioner yang menempatkan pendidikan sebagai investasi jangka panjang. Dengan pendidikan politik yang solid, kader tidak hanya menjadi pelaksana teknis, tetapi juga pemikir strategis.
Dalam kaderisasi, pria kelahiran Bandung, Jawa Barat pada 7 Oktober 1967dikenal sebagai pemimpin yang memberikan contoh langsung melalui integritas, disiplin, dan kerja keras. Keteladanan ini menjadi cara efektif untuk membangun budaya organisasi yang kuat.
Keteladanan adalah elemen penting dalam membangun kepercayaan dan loyalitas kader. Prof Dasco menunjukkan bahwa pemimpin tidak hanya memerintah, tetapi juga harus menjadi inspirasi. Namun, pendekatan ini memerlukan konsistensi tinggi, karena inkonsistensi dalam tindakan pemimpin dapat merusak moral kader.
Prof Dasco mendorong kader untuk aktif di akar rumput, khususnya dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan sosial dan ekonomi. Strategi ini menunjukkan pemahaman Prof Dasco terhadap pentingnya basis massa.
Dengan melibatkan kader dalam aktivitas lokal, partai dapat membangun hubungan emosional dengan masyarakat. Namun, pendekatan ini membutuhkan pengawasan ketat untuk memastikan kader tidak hanya hadir secara fisik tetapi juga memberikan dampak nyata.
Kaderisasi ala Prof Dasco mencerminkan upaya untuk menciptakan partai politik yang adaptif dan relevan dengan perkembangan zaman.
Dengan fokus pada meritokrasi, pendidikan politik, dan pemberdayaan kader lokal, Prof Dasco memberikan model yang tidak hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, tetapi juga keberlanjutan jangka panjang. Pendekatan ini, jika dijalankan dengan konsisten, dapat menjadi cetak biru bagi partai politik lain di Indonesia.