Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat Politik dan Kader Muhammadiyah Kudus
Wakil Ketua DPR Prof Sufmi Dasco Ahmad merupakan bagian dari Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII). Di akun Instagram Prof Dasco mengungkapkan, menjadi aktivis PII saat belajar di SMA Negeri II Manado tahun 1982 – 1985. Tentunya, nila-nilai Keislamanan melalui berbagai pelatihan PII terpantri dalam diri Prof Dasco. Walaupun organisasi tingkat pelajar, kader PII diberi kesadaran politik keislaman dan kebangsaan. Sebuah konsep yang menekankan harmoni antara identitas religius dan komitmen kebangsaan.
Ketua Harian DPP Partai Gerindra ini mengungkapkan perlunya pemahaman yang mendalam tentang keberagaman yang ada di Indonesia. Ia meyakini bahwa politik keislaman tidak boleh bertentangan dengan semangat kebangsaan. Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, seharusnya dapat diinterpretasikan sebagai pendorong untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, Prof Dasco berusaha untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.
Prof Dasco juga menggarisbawahi pentingnya peran umat Islam dalam proses pembangunan bangsa. Dalam pandangannya, umat Islam tidak hanya dituntut untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial dan ekonomi, tetapi juga dalam menentukan arah kebijakan politik. Ia berpendapat bahwa umat Islam harus mampu memberikan kontribusi positif, bukan hanya sebagai suara mayoritas, tetapi juga sebagai agen perubahan yang membawa misi perdamaian dan keadilan.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh politik keislaman di Indonesia adalah munculnya berbagai bentuk ekstremisme yang mengatasnamakan agama. Prof Dasco berpendapat bahwa hal ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk menjauhkan nilai-nilai keislaman dari politik. Sebaliknya, ini harus menjadi motivasi bagi umat Islam untuk lebih aktif terlibat dalam politik, dengan membawa nilai-nilai yang konstruktif dan inklusif. Ia menekankan pentingnya pendidikan yang baik untuk umat Islam, agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh ide-ide ekstrim yang dapat merusak tatanan sosial.
Dalam membahas isu kebangsaan, Prof Dasco sering mengingatkan tentang pentingnya Pancasila sebagai dasar negara. Ia melihat Pancasila sebagai alat pemersatu yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan dan latar belakang. Pancasila, dalam pandangannya, seharusnya tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga harus diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Dalam politik, Pancasila harus menjadi pedoman bagi para politisi untuk berjuang demi kepentingan rakyat, tanpa mengedepankan kepentingan golongan tertentu.
Lebih jauh lagi, Prof Dasco mengajak umat Islam untuk berperan aktif dalam proses demokrasi. Pria kelahiran Bandung 7 Oktober 1967 ini percaya bahwa demokrasi yang sehat melibatkan semua lapisan masyarakat, termasuk umat Islam. Umat Islam diharapkan tidak hanya menjadi pemilih yang pasif, tetapi juga mampu memainkan peran sebagai pengawas terhadap jalannya pemerintahan. Hal ini penting agar suara dan aspirasi umat Islam benar-benar terwakili dalam kebijakan publik.
Salah satu kasus yang menarik perhatian adalah sikap Prof Dasco terhadap isu-isu kontemporer yang dihadapi bangsa, seperti perdebatan mengenai hukum syariah dan implementasinya dalam negara. Ia berpendapat bahwa hukum syariah harus dipahami yang lebih luas, yaitu sebagai bagian dari nilai-nilai moral dan etika yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan. Namun, penerapan hukum ini harus dilakukan dengan bijaksana dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Pancasila.
Prof Dasco juga mengingatkan pentingnya dialog interreligius. Indonesia sebagai negara dengan kekayaan budaya dan agama yang beragam membutuhkan dialog yang konstruktif antarumat beragama. Ia percaya bahwa dengan saling memahami dan menghargai, kita dapat menciptakan suasana yang harmonis dan damai. Dialog ini, menurutnya, tidak hanya akan memperkuat kerukunan antarumat beragama, tetapi juga akan memperkaya khazanah budaya dan nilai-nilai kebangsaan kita.
Prof Dasco juga menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Wakil Ketua DPR ini memahami bahwa politik tidak hanya berbicara tentang kekuasaan, tetapi juga tentang tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam pandangannya, politisi harus hadir di tengah masyarakat, mendengarkan aspirasi mereka, dan berusaha untuk memberikan solusi yang nyata. Keterlibatan dalam kegiatan sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi, menjadi salah satu cara untuk menunjukkan komitmen terhadap bangsa.
Akhirnya, pandangan Prof Dasco tentang politik keislaman dan kebangsaan merupakan sebuah cerminan dari harapan akan terwujudnya masyarakat yang adil, sejahtera, dan harmonis. Ia percaya bahwa dengan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai keislaman dan semangat kebangsaan, kita dapat membangun Indonesia yang lebih baik. Kesadaran akan pentingnya toleransi, pendidikan, dan partisipasi aktif dalam politik menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut. Di tengah berbagai tantangan yang ada, usaha untuk menciptakan politik yang inklusif dan berorientasi pada kesejahteraan bersama adalah sebuah langkah penting yang harus terus diupayakan oleh semua elemen masyarakat.