Oleh: Bin Subiyanto, Pengamat budaya tinggal di Kudus
Saat ini hijab sebagai penutup aurat bagi perempuan bukan hanya kewajiban dalam syariat Islam tetapi sudah menjadi gaya hidup. Perempuan berhijab sudah tidak malu dan dituding sebagai ektrimis seperti di era 80-an dan 90 an.
Dalam beberapa dekade terakhir, fenomena menjadikan zakat sebagai bagian dari gaya hidup—seperti hijab yang berkembang dari kewajiban agama menjadi simbol identitas dan tren sosial—mulai mendapatkan perhatian luas. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan perubahan pola pikir umat Muslim, tetapi juga membawa dampak signifikan terhadap dinamika sosial dan ekonomi masyarakat.
Sebagai kewajiban agama, zakat sering kali dipandang sebagai bentuk tanggung jawab sosial yang wajib dipenuhi oleh setiap Muslim. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan sosial dan ekonomi, zakat kini mulai diposisikan sebagai bagian dari gaya hidup modern. Hal ini terlihat dari pertama, platform digital untuk kemudahan berzakat. Kehadiran aplikasi dan platform digital seperti Dompet Dhuafa, Baznas, dan startup berbasis fintech syariah mempermudah proses pembayaran zakat. Dengan teknologi ini, umat Muslim dapat berzakat kapan saja dan di mana saja, menjadikan zakat sebagai rutinitas harian yang relevan dengan gaya hidup digital.
Kedua, kampanye sosial dan branding zakat. Lembaga zakat semakin banyak memanfaatkan media sosial untuk mengkampanyekan pentingnya berzakat sebagai bagian dari gaya hidup. Kampanye seperti “Zakat Lifestyle” atau “Every Day Zakat” berhasil menarik perhatian generasi milenial dan Gen Z.
Ketiga, konektivitas dengan isu global. Banyak lembaga zakat yang kini mengaitkan donasi mereka dengan isu-isu global seperti perubahan iklim, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan, sehingga menarik minat masyarakat urban yang peduli pada isu-isu tersebut.
Transformasi zakat menjadi gaya hidup memiliki kesamaan dengan perjalanan hijab sebagai simbol identitas. Hijab, yang sebelumnya hanya dipandang sebagai kewajiban agama, kini menjadi bagian dari tren fashion global yang melibatkan desainer, selebriti, dan brand besar.
Sebagaimana hijab kini diterima sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari, zakat mulai dipandang sebagai kebiasaan rutin yang melampaui kewajiban tahunan.
Sama seperti hijab yang menciptakan ekosistem bisnis bernilai miliaran dolar, zakat memiliki potensi besar untuk mendorong ekonomi. Dana zakat yang dikelola dengan baik dapat menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengentaskan kemiskinan.
Transformasi zakat menjadi gaya hidup tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga memiliki implikasi ekonomi dan sosial yang luas di antaranya. Pertama, penguatan ekonomi umat. Menjadikan zakat sebagai gaya hidup dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, sehingga potensi penghimpunan dana zakat yang diperkirakan mencapai triliunan rupiah setiap tahun dapat dimaksimalkan.
Kedua, peningkatan kepercayaan terhadap lembaga zakat. Dengan adopsi teknologi dan transparansi, lembaga zakat dapat membangun kepercayaan masyarakat, yang pada gilirannya mendorong lebih banyak orang untuk berzakat.
Ketiga, peran zakat dalam kesejahteraan global. Sebagai salah satu instrumen redistribusi kekayaan, zakat dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketimpangan sosial secara global. Kolaborasi antara lembaga zakat internasional dapat menciptakan dampak yang lebih signifikan.
Meski potensinya besar, menjadikan zakat sebagai gaya hidup tidak tanpa tantangan. Beberapa hambatan yang dihadapi meliputi:
Pertama, Kurangnya Edukasi dan Kesadaran: Banyak umat Muslim yang belum memahami esensi zakat dan dampaknya terhadap masyarakat:
Kedua, Minimnya Akuntabilitas: Kasus penyalahgunaan dana zakat oleh oknum lembaga dapat merusak kepercayaan masyarakat.
Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:
Edukasi Berkelanjutan: Kampanye edukasi melalui sekolah, masjid, dan media sosial dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya zakat.
Transparansi dan Pelaporan: Lembaga zakat harus memastikan pengelolaan dana yang transparan dan akuntabel, misalnya dengan mempublikasikan laporan tahunan yang dapat diakses oleh publik.
Inovasi Teknologi: Penggunaan blockchain untuk pencatatan transaksi zakat dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap transparansi pengelolaan dana.
Zakat sebagai gaya hidup memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap sosial dan ekonomi umat Muslim. Dengan memanfaatkan teknologi, memperkuat edukasi, dan mengedepankan transparansi, zakat dapat menjadi instrumen yang tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan.
Sebagaimana hijab telah menjadi bagian dari identitas dan ekspresi diri, zakat dapat menjadi simbol gaya hidup yang mencerminkan kepedulian, tanggung jawab, dan solidaritas umat.