Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat politik dan kader Muhammadiyah Kudus
Indonesia sebagai negara pluralistik dengan keragaman etnis, agama, budaya, dan pandangan politik membutuhkan pendekatan kepemimpinan yang mampu merangkul semua elemen masyarakat. Konsep wasathiyah (moderat) yang berakar dari tradisi Islam menawarkan pendekatan yang relevan menekankan keseimbangan, keadilan, toleransi, dan musyawarah. Dalam konteks ini, Prof. Sufmi Dasco Ahmad, seorang akademisi sekaligus politisi senior, telah menjadi salah satu tokoh yang menerapkan prinsip wasathiyah dalam peran politiknya.
Secara filosofis, wasathiyah adalah pendekatan yang berlandaskan pada keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif, hak dan kewajiban, serta kebebasan dan tanggung jawab sosial. Dalam politik, ini berarti menghindari ekstremisme, baik dalam bentuk liberalisme yang berlebihan maupun dalam bentuk konservatisme yang kaku. Sebagai contoh, dalam situasi di mana kebijakan tertentu bisa menimbulkan dampak positif bagi sebagian besar masyarakat namun merugikan segelintir kelompok tertentu, politik wasathiyah bertujuan untuk mencari titik tengah yang bisa diterima oleh semua pihak.
Politik wasathiyah Prof Dasco tidak hanya menjadi wacana tetapi juga terlihat dalam praktik kebijakan, gaya kepemimpinan, serta cara ia menghadapi konflik. Pendekatannya memberikan gambaran bagaimana nilai-nilai moderasi dapat diterapkan dalam politik Indonesia yang sering kali diwarnai polarisasi.
Politik wasathiyah menekankan pentingnya keseimbangan antara kepentingan pemerintah, masyarakat, dan sektor lainnya. Prof Dasco, melalui perannya sebagai Wakil Ketua DPR RI, sering mengedepankan kebijakan yang mempertimbangkan kebutuhan semua pihak, baik rakyat kecil, pengusaha, maupun pemerintah.
Prof Dasco, dengan rekam jejaknya yang panjang dalam politik Indonesia, berkomitmen pada kebijakan yang menekankan kesetaraan, dialog terbuka, dan penghormatan terhadap pluralitas Indonesia. Politik wasathiyah yang ia jalankan tidak hanya berorientasi pada penyelesaian konflik, tetapi juga pada penciptaan ruang bagi perbedaan untuk dihargai dan dibawa menuju konsensus.
Prof Dasco mendorong pembahasan RUU secara inklusif, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat sipil dan akademisi. Pendekatan ini bertujuan agar kebijakan yang dihasilkan tidak hanya populis tetapi juga berbasis keadilan dan manfaat jangka panjang.
Sebagai politisi, Prof Dasco dikenal mendorong dialog dalam setiap pengambilan keputusan. Dalam isu-isu sensitif, seperti pembahasan RUU Cipta Kerja atau RUU KUHP, Dasco berupaya menjembatani perbedaan pandangan antar-fraksi di DPR. Ia percaya bahwa musyawarah mampu menghasilkan solusi terbaik tanpa memihak salah satu kelompok secara ekstrem.
Dalam politik, toleransi tidak hanya berlaku untuk perbedaan agama atau etnis tetapi juga pandangan politik. Prof Dasco menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk oposisi, tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip dasar demokrasi. Hal ini mencerminkan sikap inklusif yang sejalan dengan semangat wasathiyah.
Prof Dasco memiliki hubungan dekat dengan aktivis mahasiswa, sebuah kelompok yang sering dianggap kritis terhadap pemerintah. Namun, Dasco melihat kritik tersebut sebagai bagian dari proses demokrasi yang sehat. Ia mendukung peran mahasiswa sebagai pengawal demokrasi dan sering memfasilitasi dialog antara mahasiswa dengan pemerintah atau legislatif.
Salah satu tantangan politik adalah menjaga stabilitas sambil mendorong reformasi. Prof Dasco memainkan peran penting dalam memastikan bahwa perubahan yang diperlukan tetap berjalan tanpa mengorbankan stabilitas politik dan sosial. Misalnya, ia mendukung revisi kebijakan yang kontroversial tetapi tetap memastikan ada ruang diskusi untuk mengakomodasi berbagai pandangan.
Ketua Harian DPP Partai Gerindra ini sering menghadapi tekanan dari berbagai pihak dalam pembahasan RUU kontroversial. Sikap moderatnya tercermin dari ajakannya untuk melibatkan akademisi, organisasi masyarakat, dan aktivis dalam diskusi RUU tersebut. Pendekatan ini bertujuan untuk meminimalkan resistensi publik dan memastikan transparansi.
Prof Dasco memainkan peran sebagai mediator. Ia mendorong solusi yang mengutamakan kepentingan partai secara keseluruhan daripada hanya menguntungkan satu faksi tertentu. Sikap ini menunjukkan bahwa ia memahami pentingnya harmoni untuk menjaga kekuatan politik secara kolektif.
Pendekatan politik wasathiyah yang diterapkan Prof. Sufmi Dasco Ahmad relevan untuk menciptakan stabilitas dan harmoni di tengah kompleksitas politik Indonesia. Moderasi yang ia terapkan menunjukkan bahwa demokrasi yang sehat dapat dicapai melalui dialog, toleransi, dan musyawarah.
Meskipun menghadapi tantangan, politik wasathiyah Dasco memberikan contoh bagaimana prinsip-prinsip etika dapat berjalan seiring dengan praktik politik. Pendekatan ini tidak hanya penting untuk menyelesaikan konflik internal tetapi juga untuk menjaga kepercayaan publik terhadap pemerintah dan lembaga legislatif.
Jika politik wasathiyah ini diterapkan secara konsisten oleh lebih banyak pemimpin, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara yang lebih stabil, inklusif, dan berkeadilan.