Oleh: Rokhmat Widodo, pengamat politik dan kader Muhammadiyah Kudus
Prof Sufmi Dasco Ahmad, seorang politisi senior yang juga dikenal sebagai akademisi. Saat ini Prof Dasco menjabat Rektor Universitas Kebangsaan Republik indonesia (UKRI) di Bandung. Ia kerap mempraktikkan nilai-nilai akademis dalam dunia politik praktis.
Sebagai Wakil Ketua DPR RI yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, Prof Dasco sering mengedepankan pendekatan berbasis data, logika ilmiah, dan analisis rasional dalam pengambilan keputusan politik. Hal ini mencerminkan bagaimana pengetahuan akademis dapat diterapkan untuk menciptakan kebijakan yang lebih terukur dan efektif.
Prof Dasco dikenal menggunakan data faktual untuk mendukung argumen politiknya. Hal ini terlihat dalam berbagai debat atau diskusi di parlemen, di mana ia sering merujuk pada penelitian atau laporan resmi untuk memperkuat pandangannya.
Sebagai legislator, ia memastikan bahwa rancangan undang-undang yang diajukan atau didukungnya memiliki dasar akademis yang kuat, termasuk kajian mendalam tentang dampaknya terhadap masyarakat.
Prof Dasco kerap melibatkan para akademisi dalam diskusi kebijakan, menciptakan sinergi antara dunia akademis dan politik. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa kebijakan publik tidak hanya pragmatis tetapi juga memiliki landasan teoritis yang jelas.
Dalam menjalankan tugas politik, Prof Dasco sering menekankan pentingnya integritas, transparansi, dan akuntabilitas—nilai-nilai yang diajarkan dalam dunia akademis—sebagai dasar praktik politiknya.
Sebagai seorang akademisi, Prof Dasco menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan integritas. Ia sering menyatakan bahwa politisi harus bertindak dengan prinsip, bukan sekadar mencari keuntungan pribadi atau golongan. Nilai-nilai ini, menurut Prof Dasco, adalah esensi dari pendidikan tinggi yang ia bawa ke dalam dunia politik.
Namun, membawa nilai-nilai akademis ke dalam politik praktis bukan tanpa tantangan. Politik Indonesia sering kali dipenuhi oleh dinamika kekuasaan, lobi-lobi kepentingan, dan tekanan dari berbagai pihak. Dalam situasi seperti ini, Prof Dasco sering harus berkompromi tanpa mengabaikan prinsip-prinsip akademis yang ia yakini.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa politik praktis tidak selalu identik dengan pragmatisme belaka, tetapi dapat menjadi arena untuk menerapkan nilai-nilai ilmiah demi menciptakan pemerintahan yang lebih baik. Langkah ini juga memberi inspirasi bagi politisi lain untuk mengintegrasikan wawasan akademis dalam strategi politik mereka.