Oleh Nana Sudiana (Direktur Akademizi)
Kesulitan demi kesulitan dalam kehidupan, sejatinya bukan untuk menghancurkan kita. Ia ada untuk menguatkan dan menyiapkan kita tumbuh dengan kuat. Menerjang badai, melewati beragam rintangan yang akan datang menerpa. Apalagi bagi para amil zakat yang makin hari makin menua dan saat yang sama menuju karya-karya terbaik dalam kehidupannya.
Ternyata kesulitan, tantangan dan tekanan hidup bukan untuk melemahkan dan menghancurkan kita. Malah sebaliknya, justru membuat kita berakar semakin kuat.
Sebagai amil zakat, apalagi amil muda yang semangatnya masih membara, kacamata kita dalam melihat masalah selalu sama dan tak tak banyak berubah. Fokus pada solusi strategis dan kadang tak mau tahu soal teknis. Umur boleh menua, anak boleh banyak, tetapi gaya berpikir dan melihat situasi sosial yang ada tetap tak banyak berubah.
Di tengah kesulitan hidup, pikiran para amil ini rata-rata tak padam. Apalagi layu berkalang kesibukan rutin di lembaga masing-masinh. Mereka malah asyik terus berdiskusi, belajar bersama, mencoba terus menemukan solusi Bersama.
Para amil zakat selalu tertantang untuk terus berperan tanpa meninggalkan urusan dapur dan tetek bengek soal rumah tangga mereka. Pokoknya, sekali hidup pernah jadi amil, seolah sampai mati spirit itu mendarah daging, hingga dibawa mati. Yang luar biasanya, para amil ini selalu merasa punya PR yang ia harus terlibat dan ikut menuntaskan.
Begitu masalah sosial dan kemiskinan mereka lihat, termasuk soal dampak pandemi, serta merta saja mereka merasa harus terlibat juga. Dibenaknya ada masalah serius yang harus di urus. Soal bantuan pemerintah yang terbatas jumlahnya, salah sasaran, serta adanya bantuan yang dikorupsi ini semua meresahkan jiwa para amil zakat. Bahkan membuat mereka tak bisa tidur nyenyak.
Mereka jelas kecewa, walau begitu, beruntung mereka masih terus bekerja lebih konkret dalam membantu sesama. Bila ada grup-grup sosial media yang akhirnya malah jadi sasaran keluh kesah, bahkan kemarahan mereka, wajar saja.
Mereka sering tak dapat respon dan muara yang memadai sehingga kekecewaan mereka bisa melihat semuanya bisa lebih baik kadang tak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Mereka semua berharap proses bantuan dan solusi atas orang-orang proletar yang miskin ini bisa menjadi jalan keluar terbaik yang menuntaskan masalah yang ada.