Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Sangat mengecewakan. Itulah yang dirasakan masyarakat terhadap susunan kabinet gemoy yang telah menyandera Prabowo.
Selain masalah obesitas yang tidak mungkin bakal efektif, yang justru membuat Prabowo tersandera, adalah dipilihnya para menteri bermasalah yang bakal menghancurkan negara yang sebenarnya hanya sebagai kaki tangan Jokowi.
Dugaan jika Prabowo sedang bersiasat terhadap Jokowi semakin hari semakin terbantahkan. Jika Prabowo bersiasat, seharus menjelang lengsernya Jokowi apalagi setelah lengsernya, Prabowo sudah menunjukkan jati diri yang sebenarnya sebagai seorang Jenderal tegas, berwibawa, dan punya nyali. Tapi semua ini tidak terjadi. Yang terjadi adalah impotensi Prabowo semakin nampak bahkan sekarang Prabowo sepertinya sudah jadi mainan Jokowi. Mengharapkan keajaiban dari Prabowo tidak ada tanda-tanda ke arah itu.
Yang terjadi justru Gibran yang diduga hanya akan jadi ban serep malah bikin kejutan : sudah menerima kunjungan PM Korea Selatan dan Wakil Presiden China. Bukannya Gibran yang hebat, tapi tim buzzer dan influenzer Gibran yang didanai Jokowi dan oligarki taipan sudah mempersiapkan diri “memoles” Gibran untuk bisa eksis. Gibran sendiri akan tetap jadi boneka dungu, otak kosong, dan gagap. Walau sudah lengser, Jokowi masih mengendalikan kekuaaaan melalui jabatan Gibran.
Janji Prabowo dalam sambutan setelah pelantikannya, mungkin hanya omon-omon (retorika,) saja, mulai bertentangan dengan fakta dan realita yang terjadi. Apalagi setelah Prabowo bertemu Jokowi di Solo beberapa hari sebelum pelantikan, tiba-tiba Prabowo jadi seperti orang linglung, mungkin juga “kesambet” (kerasukan iblis) yang dibuat Jokowi yang membuat Prabowo lunglai dan jadi penurut sama sang “Hitler” Jokowi.
Saat ini Prabowo hanya tampak seperti ayam sayur: lembek, tidak punya nyali, dan bertingkah seperti orang linglung.
Tampaknya “guna-guna” Jokowi sudah mengenai sasaran. Prabowo dibuat tak berkutik di hadapan Jokowi. Prabowo hanya jadi perantara saja untuk kepentingan Jokowi. Selama Prabowo belum secara terang-terangan berani “bercerai” dengan Jokowi, maka kebijakan Prabowo hanya sebagai perpanjangan tangan kepentingan Jokow.
Dalam kondisi keuangan yang sangat cekak, keadaan negara dalam situasi SOS, tapi Prabowo bukannya merampingkan kabinet demi efisiensi keuangan, tapi malah merekrut terlalu banyak Menteri dan Wakil menteri yang lebih dari 100 orang. Susunan kabinet yang obesitas ini jelas membuat kabinet ini hanya bertujuan mengakomodir kepentingan Jokowi dan dinastinya. Bagaimana mungkin anggaran APBN yang cekak tapi harus dipakai menggaji kabinet gemoy, lalu kekurangannya mau ambil dari mana ?
Nasib Prabowo bakal tragis jika terus mengikuti kemauan Jokowi. Jika Prabowo benar-benar punya jiwa militer dan ingin karirnya selamat, harus tegas dan punya nyali untuk independen :
Pertama, Putuskan hubungan politik dengan Jokowi dan oligarki taipan
Kedua, Segera beri ruang makzulkan Gibran melalui MPR atau pengadilan karena syarat untuk itu sudah terpenuhi
Ketiga, Segera rampingkan kabinet demi efisiensi dan berhentikan para menteri tidak kompeten dan bermasalah
Keempat, Orientasikan semua kebijakannya untuk membela negara, sumber daya alam, dan rakyat Indonesia
Kelima, selalu didampingi dan minta nasihat para ulama garis lurus yang tidak cari dunia dan jabatan agar terhindar dari tipu daya utusan iblis dan dajjal
Apakah Prabowo bakal selamat sampai akhir masa jabatannya ? Tergantung kemampuan Prabowo menghadapi serangan dari Jokowi dan oligarki taipan, yang mungkin diaktualisasikam melalui tangan dan kekuasaan Gibran. Jika Prabowo masih tetap loyo dan impoten, mungkin tidak ada harapan lagi.
Wallahu a’lam
Bandung, 21 R. Awwal 1447