Oleh: Tarmidzi Yusuf, Kolumnis
Kok membandingkan PKS dengan Partai Golkar. “Nggak apple to apple dong,” komentar pendukung PKS. “Bandingin dengan Partai NasDem,” komentar pendukung PKS yang satu lagi. Mereka merespon artikel, Partai Golkar Panen Kursi Menteri, PKS Panen Cemoohan publik. https://radaraktual.com/202579/partai-golkar-panen-kursi-menteri-pks-panen-cemoohan-publik.html
Padahal dalam artikel singkat tersebut PKS sudah dibandingkan dengan PKB. Partai sekoalisi di Pilpres 2024. PKB dapat 2 menteri dan 1 wakil menteri. Tiga-tiganya kader PKB. Lah PKS cuma mengendorse professional. Memang tidak ada lagi kader PKS yang mumpuni. Bukankah PKS itu partai kader. Banyak kader PKS bergelar doktor. Atau mencari pembenaran sebagai partai yang tidak haus kekuasaan setelah Ahmad Syaikhu mengemis jabatan kepada Prabowo.
Sedangkan Partai NasDem bukan bandingan PKS. Partai NasDem ogah bergabung di kabinet 100 menteri Prabowo. Tidak menyodorkan nama ke Presiden Prabowo. Partai NasDem sadar bukan pendukung Prabowo di Pilpres 2024. Semangat itu yang dijaga Partai NasDem.
Keputusan Surya Paloh dan Partai NasDem tidak menyodorkan nama ke Presiden Prabowo menuai pujian publik. Partai NasDem keren abis. Kalkulasi politik yang menguntungkan. Partai NasDem menyelami perasaan publik. Mewakili perasaan publik. Tidak mengemis-ngemis menteri. Tidak bergabung kabinet 100 menteri Prabowo meski belakangan Partai NasDem ikut bergabung partai koalisi Prabowo.
Partai NasDem cerdas. Bermain cantik. Momentum menarik simpati publik. Tatkala partai-partai berlomba-lomba minta menteri ke Prabowo, Partai NasDem justru mengambil sikap tidak biasa. Tidak menyodorkan nama ke Prabowo.
Lain halnya dengan PKS. Presiden PKS, Ahmad Syaikhu viral mengemis-ngemis jabatan ke Prabowo saat Harlah ke-26 PKB di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (23/7).
Saat itu, Presiden PKS, Ahmad Syaikhu menyinggung jangan hanya NasDem dan PKB yang diajak bergabung ke dalam Pemerintahan. “Saya kira untuk Pak Dasco dan Gerindra, ajak-ajaklah PKS. Jangan cuma sekadar ngajak NasDem dan PKB, PKS ditinggalkan sendirian,” kata Ahmad Syaikhu.
Padahal Presiden PKS dan elit PKS paham betul akan hadits ini:
Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan! Karena sesungguhnya jika diberikan jabatan itu kepadamu dengan sebab permintaan, pasti jabatan itu (sepenuhnya) akan diserahkan kepadamu (tanpa pertolongan dari Allâh). Dan jika jabatan itu diberikan kepadamu bukan dengan permintaan, pasti kamu akan ditolong (oleh Allâh Azza wa Jalla) dalam melaksanakan jabatan itu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Bukankah dengan mengemis-ngemis seperti Presiden PKS, Ahmad Syaikhu sampaikan secara terbuka menghinakan diri dan tagline PKS sebagai partai dakwah tercoreng.
يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.” [HR. Muslim no. 1825].
Lalu apa bedanya PKS dengan partai lain tanpa embel-embel partai dakwah? Semoga saja PKS bisa mengambil hikmah. Bermain cerdas tanpa kehilangan identitas sebagai partai dakwah yang memang berbeda dengan partai politik lain kecuali tagline partai dakwah hanya “jualan”.
Bandung, 21 Rabiul Akhir 1446/24 Oktober 2024