Oleh: Rokhmat Widodo, Pengamat Timur Tengah dan Kader Muhammadiyah Kudus
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Turki dan teroris Israel telah mengalami pasang surut yang signifikan. Meskipun kedua negara memiliki latar belakang yang berbeda, baik dari segi politik maupun ideologi, Presiden Recep Tayyip Erdogan tetap mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel. Ada beberapa alasan yang mendasari keputusan ini, yang mencakup kepentingan strategis, ekonomi, dan geopolitik.
Pertama, kepentingan strategis merupakan salah satu faktor utama yang mendorong Erdogan untuk menjaga hubungan dengan teroris Israel. Turki dan teroris Israel berada di posisi yang strategis di kawasan Timur Tengah, yang sering kali menjadi pusat konflik dan ketegangan.
Dengan mempertahankan hubungan diplomatik, Turki dapat meningkatkan pengaruhnya dalam dinamika politik di kawasan tersebut. Sebagai negara yang mengklaim diri sebagai pemimpin dunia Muslim, Turki diharapkan dapat memainkan peran mediasi dalam konflik yang melibatkan negara-negara Arab dan Israel. Oleh karena itu, hubungan yang baik dengan Israel dapat memberikan Turki posisi tawar yang lebih baik dalam perundingan-perundingan internasional.
Kedua, aspek ekonomi juga tidak dapat diabaikan dalam konteks hubungan antara Turki dan Israel. Meskipun terdapat ketegangan politik, kedua negara memiliki hubungan ekonomi yang cukup kuat.
Israel merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Turki, terutama dalam sektor pertanian, teknologi, dan energi. Kolaborasi dalam bidang teknologi dan inovasi juga telah menjadi salah satu pilar penting dalam hubungan kedua negara. Turki bergantung pada teknologi Israel dalam berbagai sektor, termasuk pertanian dan pertahanan. Dengan mempertahankan hubungan ini, Turki dapat terus memanfaatkan teknologi dan investasi Israel untuk mendorong pertumbuhan ekonominya.
Ketiga, hubungan dengan Israel memberikan keuntungan bagi Turki dalam menjalin kerja sama dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Sebagai anggota NATO, Turki memiliki kepentingan dalam menjaga hubungan baik dengan negara-negara Barat, termasuk Israel. Dalam konteks ini, hubungan diplomatik dengan Israel dapat dilihat sebagai upaya Erdogan untuk mengamankan dukungan dari negara-negara Barat dalam menghadapi tantangan politik dan ekonomi di dalam negeri.
Dengan mempertahankan hubungan yang stabil dengan Israel, Turki bisa mendapatkan akses yang lebih baik terhadap bantuan dan dukungan dari negara-negara Barat, terutama dalam hal keamanan dan pertahanan.
Keempat, meskipun Erdogan dikenal sebagai pemimpin yang pro-Palestina dan seringkali mengeluarkan pernyataan yang kritis terhadap kebijakan Israel, dia juga menyadari pentingnya pragmatisme dalam politik internasional. Dalam beberapa kesempatan, Erdogan telah menunjukkan ketegasan dalam mendukung hak-hak Palestina, namun di saat yang sama, dia juga mengakui bahwa hubungan dengan Israel tidak dapat diputuskan secara sepihak.
Dalam konteks ini, Erdogan mengadopsi pendekatan pragmatis yang menekankan pada pentingnya dialog dan diplomasi, meskipun ada perbedaan ideologis yang mendalam antara kedua negara.
Kelima, faktor keamanan juga menjadi alasan penting bagi Erdogan untuk mempertahankan hubungan dengan Israel. Dalam beberapa tahun terakhir, Turki telah menghadapi berbagai tantangan keamanan, mulai dari serangan teroris hingga konflik di perbatasan. Kerja sama dengan Israel dalam bidang intelijen dan pertahanan dapat membantu Turki dalam mengatasi ancaman-ancaman ini. Misalnya, Israel memiliki pengalaman dan teknologi dalam menghadapi ancaman teroris, yang bisa menjadi aset berharga bagi Turki. Selain itu, dengan memanfaatkan pengalaman Israel dalam manajemen keamanan, Turki dapat meningkatkan kemampuan militernya untuk melindungi kepentingan nasional.
Selanjutnya, dalam konteks geopolitik, situasi di kawasan Timur Tengah juga mempengaruhi keputusan Erdogan untuk mempertahankan hubungan dengan Israel. Munculnya kekuatan baru, seperti Iran dan kekuatan non-negara lainnya, telah mengubah peta kekuatan di kawasan tersebut. Oleh karena itu, Turki perlu menjalin hubungan yang kuat dengan negara-negara yang memiliki kepentingan serupa, termasuk Israel, untuk menghadapi tantangan yang muncul. Dengan menjalin aliansi strategis, Turki dapat lebih efektif dalam menghadapi ancaman yang dapat merugikan stabilitas kawasan.
Akhirnya, penting untuk dicatat bahwa meskipun Erdogan mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel, dia juga terus berusaha untuk menyeimbangkan kepentingan tersebut dengan harapan rakyatnya dan dukungannya terhadap Palestina. Ini menunjukkan bahwa Erdogan tidak sepenuhnya mengabaikan suara rakyat yang mendukung perjuangan Palestina. Dia berusaha untuk memainkan peran ganda sebagai pemimpin yang mendukung hak-hak Palestina sambil tetap menjaga hubungan pragmatis dengan Israel.
Secara keseluruhan, keputusan Erdogan untuk mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel merupakan langkah yang didasarkan pada pertimbangan yang kompleks. Dalam dunia yang semakin terhubung, di mana kepentingan nasional sering kali saling bertentangan, kebijakan luar negeri yang pragmatis menjadi semakin penting.
Dengan mempertahankan hubungan diplomatik ini, Erdogan tidak hanya memperkuat posisi Turki di kawasan Timur Tengah, tetapi juga berusaha untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan dalam negeri. Meskipun terdapat banyak tantangan dan kritik, langkah ini mencerminkan realitas politik yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin dalam mengelola hubungan internasional.