Pembubaran diskusi yang diselenggarakan Din Syamsuddin Cs di hotel oleh sekelompok preman merupakan upaya menutupi skandal Fufufafa.
“Pihak yang ingin menutupi atau mengalihkan isu skandal Istana Fufufafa. Isu ini dinilai berat dan dapat menghancurkan karier Wapres jadi-jadian. Perlu isu besar pengimbang. Serbuan gerombolan atas FTA dan tokoh-tokoh nasional adalah modus. Preman Fufufafa pantas untuk nama pasukannya,” kata pengamat politik dan kebangsaan Rizal Fadillah kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (30/9/2024).
Rizal mencurigai keterlibatan oknum Kepolisian yang seperti memberi ruang bagi gerombolan preman bermasker untuk mengobrak-abrik ruangan. Pelukan dan cium tangan memberi sinyal kebersamaan dan persahabatan. “Atas hal ini level “perintah langsung” bukan tingkat Polsek lagi tetapi tingkat tertinggi. Kapolri Listyo Sigit patut untuk bertanggung jawab,” tegasnya.
Reaksi publik atas perilaku politik panik, brutal dan primitif ini sangat kuat. Jawara Betawi dan Ormas Islam turut terusik dan siap menghadapi arogansi gerombolan “numpang hidup” di Jakarta itu. Jika tidak cepat diantisipasi, maka konflik horizontal dapat berimbas pada kerusuhan politik yang lebih luas.
“Proses hukum yang diawali dengan penangkapan dan penetapan Tersangka perlu pengawalan yang serius. Masih kuat kekhawatiran bahwa ini hanya “drakor” untuk tidak mengungkap siapa dalang di belakangnya. Terlalu jika serbuan brutal dan terang benderang atas acara FTA, hanya sampai pada penetapan Tersangka FEK dan GW,” paparnya.
Sebagaimana G 30 S PKI maka ada nuansa September kelabu saat ini. Diawali aksi Bambang Soesetyo tanggal 9 September 2024 soal Tap MPRS No XXXIII/MPRS/1967, G 22 S JKI yang gagal tanggal 22 September 2024, Pasukan Bawah Tanah Jokowi yang melindungi Fufufafa tanggal 27 September 2024 dan terakhir serbuan gerombolan atas acara FTA tanggal 28 September 2024.
“September bulan terakhir masa jabatan Jokowi. Fenomena akhir buruk yang merepresentasi keburukan pemerintahannya. 30 September layak dikibarkan bendera setengah tiang untuk mengenang peristiwa G 30 PKI. Rezim Jokowi juga membuat kenangan duka di bulan September 2024. G 9 S JKI, G 22 S JKI, G 27 S JKI dan G 28 S JKI,” pungkasnya.