Tifatul Sembiring: PKS yang Pertama Usung Anies di Pilgub Jakarta, Sayang Gayung tak Bersambut

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang pertama mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta namun Rektor Universitas Paramadina gagal menambah partai politik untuk menambah berkoalisi sebagai syarat memenuhi syarat 20 persen perolehan suara di DPRD.

“Yang pertama, awal sekali mengusung Anies  di Pilgub DKI, adalah PKS. Sayang, gayung tak bersambut,” kata politikus PKS Tifatul Sembiring di akun X (Twitter), Selasa (3/9/2024).

Selain itu, Tifatul membantah melecehkan Anies sebagaimana ditulis di akun YouTube Refly Harun. “TIDAK ada kalimat yang melecehkan Anies disitu, lalu anda ubah menjadi TOKOH_TOKOH PKS: “NIES ANDA ITU TIDAK BERJASA BUAT PKS”Sangat provokatif sekali yaa,” tegasnya.

“Wah…wah… dari semula anda yg saya anggap negarawan, pak Refly, sekarang, mungkin demi viewers podcast, anda pelintir pernyataan saya. Sorry, hilang respek saya pak,” tegasnya.

Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan, seandainya Anies bisa memenuhi kelengkapan syarat di Pilkada Jakarta, pasangan Anies-Sohibul Iman (AMAN) bisa berlayar. HNW menyinggung, seumpama putusan MK terkait syarat pengusungan diumumkan pada 5 Agustus, PKS bisa maju sendiri mendukung Anies.

“Seandainya waktu itu Pak Anies memenuhi empat kursi, siapa yang tersandera? Nggak ada yang tersandera kan, atau kalau misalnya MK membacakan keputusan, kan itu sebetulnya tanggal 1 Agustus, tapi baru dibacakan 20 Agustus,” ungkap HNW.

“Seandainya MK membacakan keputusan pada tanggal 5 Agustus saja, nggak ada yang tersandera tuh. Akan dengan sendirinya PKS mencalonkan Pak Anies,” ucapnya.

HNW mengatakan hal itu adalah realitas dari politik di Tanah Air. Ia menegaskan PKS tak tersandera, dibuktikan dengan pihaknya mengusung sendiri pasangan di pilkada tanpa terus-menerus bersama dengan pemerintahan.

“Tapi inilah yang terjadi sekarang dan bahwa bukti PKS tidak tersandera adalah bahwa di pilkada di luar Jakarta, PKS berkoalisi dengan pihak lain, tidak sepenuhnya dengan kekuasaan. Misalnya di Jabar kita dengan NasDem, misalnya di Sumbar kita dengan Gerindra, di Maluku Utara kita dengan Hanura,” ucap HNW.

“Misalnya di Pilgub NTT dengan Demokrat, di mana tersanderanya? Kami tidak merasa tersandera, kami bebas, merdeka. Kami berkoalisi dengan berbagai kelompok, kadang malah sendirian, di Tangerang Selatan kami dilawan semua partai,” imbuhnya.