Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Perjuangan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan melawan kedzaliman rezim harus berani berseberangan, dimusuhi, dikriminalisasi, bahkan dihilangkan nyawanya. Tidak ada kompromi dengan kebatilan. Tidak pula mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan. Di luar yang haqq semuanya adalah batil dan sesat. Firman Allah :
فَمَاذَا بَعْدَ ٱلْحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَٰلُ
“maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan’ (Q.S. 10:32)
Jika dakwah amar ma’ruf nahi munkar mengalah dengan kebatilan yang akhirnya bersekutu dan bersatu dengan kebatilan, maka nasibnya akan sama seperti ulama-ulama Bani Israil yang ketika dakwahnya mentok, ditolak dan tidak diindahkan lagi, lalu para ulama itu akhirnya bersekutu dan bersatu dengan para pelaku kebatilan, yang akhirnya Allah mengadzab keduanya.
Jokowi itu batil, rezim Jokowi itu batil, kemenangan pasangan Prabowo-Gibran itu batil, KIM itu batil, dan seluruh upaya politik mereka semua adalah kotor dan batil.
Segala sesuatu yang dilandasi dan diawali dengan permainan kotor, licik, dan tidak jujur, maka semua kebijakan yang dihasilkan adalah kotoran. Air lumpur tidak bisa menjadikan barang yang disentuhnya menjadi bersih.
Jokowi dari semenjak menjadi Presiden di tahun 2019 sudah curang, memanipulasi ijazahnya dan merampas kemenangan Prabowo. Secara etika dan moral, Jokowi itu presiden ilegal. Di tahun 2024, lagi-lagi Jokowi merampas kemenangan Anies-Muhaimin dengan cara yang licik, curang, dan menipu secara Vulgar dan TSM.
Pencawapresan Gibran itu hasil dari konspirasi dan manipulasi hukum melakui MK yang cacat hukum, cacat moral, dan cacat etika. Secara syariat pencawapresan Gibran itu tidak sah dan haram.
Kemenangan Prabowo-Gibran itu hasil dari perampokan secara kasar. Baik KPU, Bawaslu, maupun MK telah berkonspirasi melakukan kecurangan. Secara syariat pasangan Prabowo-Gibran itu tidak sah dan haram untuk mendukungnya
KIM itu memang besar dan kuat, tapi semuanya dibangun atas landasan ketidakjujuran, manipulatif, intimidatif, konspiratif, dan berkhianat terhadap bangsa dan negara karena telah tunduk terhadap penjajah para oligarki taipan dan China komunis dengan mengorbankan rakyat sendiri.
Ketika MK membuat keputusan mengubah ambang batas dari 29% menjadi 7,5% dan merubah keputusan MA tentang batas usia calon, lalu gerombolan anggota DPR dari partai-partai KIM ini sengaja membegalnya dengan sengaja melawan rakyat sah yang telah memilihnya. Kejahatan DPR sangat terang-terangan, dan itu salah satu dari kebijakan busuk KIM.
Lalu, ketika PKS bergabung dengan KIM yang diisi para berandal ini masih pantaskah PKS menyebut dirinya masih berada di jalur yang benar dan tetap menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.?
Kita akan saksikan, ketika PKS telah bergabung dengan KIM :
Pertama, Masihkah PKS mampu bersuara menegakkan amar ma’ruf nahi munkar?
Kedua, Masihkah PKS berani mengkritik kedzaliman penguasa, padahal PKS adalah bagian dari kekuasaan itu sendiri?
Ketiga, Mampukah PKS bersikap berseberangan dengan Prabowo sebagi Presiden atau Gibran sebagai Wakil Presiden ketika perintah mereka itu menyalahi syariat Islam?
Keempat, Bagaimana cara PKS menegakkan amar ma’ruf nahi munkar ketika melihat banyak kemunkaran di Pemerintahan Prabowo-Gibran?
Kelima, Bagaimana PKS bisa melawan kedzaliman para oligarki taipan dan China komunis padahal Pemerintahan Prabowo-Gibran adalah di bawah kendali mereka?
Adalah hal yang omong kosong jika PKS mengaku garis perjuangan mereka masih tidak berubah ketika telah bersekutu dengan kebatilan dan masuk kolam lumpur yang berbau busuk ?
Bahkan ada rilis dari pengurus PKS kalau gabung KIM dan mendapat jatah cawagub adalah suatu keberuntungan dibandingkan mengusung Anies yang tidak ada kepastian? Ini pandangan yang sangat sesat. Bahkan jika pun PKS menjadi cagub, cawapres, atau bahkan capres tapi diusung oleh koalisi partai-partai para elit kotor yang menghalalkan segala cara, masihkan jabatan itu memiliki nilai moral ?
Bukankah dalam Islam telah diajarkan motto :
‘Isy kariiman au mut syahiidan (Hiduplah secara mulia atau matilsh sebagai syahid)?
Menurut prediksi penulis, jika PKS tetap bergabung dengan KIM dan meninggalkan Anies Baswedan, PKS hanya akan jadi partai badut.
Wallahu a’lam
Bandung, 17 Shafar 1446