Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik
Saya memahami, bagaimana suasana kebatinan para pendukung dan relawan, yang ikhlas berjuang, hingga mempersembahkan pengorbanan untuk sebuah misi perubahan. Bhakti tanpa pamrih, untuk cita bersama agar negeri ini berubah menjadi lebih baik.
Saya melihat langsung, bagaimana pengorbanan itu dipersembahkan. Dari sejak musim kampanye, pertarungan opini medsos, hingga sejumlah demonstrasi untuk melawan Pemilu curang. Bahkan, saya sendiri terlibat langsung, mengupayakan Pemilu tanpa Jokowi sebagai garansi penyelenggaraan Pemilu yang jujur dan adil tanpa kecurangan, dengan mendatangi gedung DPR RI menemui Puan Maharani.
Saat itu, saya bersama advokat TPUA, ada Bang Eggi Sudjana, Bang Azam Khan, Bu Kurnia Tri Royani, juga sejumlah aktivis ada Bung Daeng Wahidin, Bu Jatiningsih dari Aspirasi, dan masih banyak lagi, mendatangi gedung DPR RI untuk menyampaikan bukti, alasan serta urgensi pemakzulan Jokowi, agar ada jaminan Pemilu dapat dilaksanakan secara jurdil. Tapi apa yang kami terima? Alih-alih diterima dengan karpet merah, kami malah dihalau memasuki gedung DPR.
Karena itu, kami menyimpulkan Puan Maharani hanya berdusta, ketika meminta rakyat menyampaikan aspirai ke DPR untuk memakzulkan Jokowi. Saya juga sejak awal tidak percaya, celotehan hak angket yang disampaikan Masinton Pasaribu, Adian Napitupulu, juga Dedy Sitorus. Semua hanya dagelan politik.
Sampai akhirnya, Megawati sampaikan Amicus Curiae, itu juga cuma basa basi politik. Mega tidak menggunakan kekuasaannya untuk melawan Pemilu curang, Mega hanya playing victim untuk kepentingan politik PDIP.
Hari ini, saat saya mengamati para pendukung dan relawan masih dongkol dengan keputusan MK, Paslon yang mereka dukung justru dengan segera dan serta Merta mengucapkan selamat kepada Prabowo Gibran pasca putusan MK, yang sebelumnya mereka sebut menang curang. Kalau Paslon mau begini, harusnya sejak awal saja menerima keputusan KPU, tidak usah repot membawa perkara ke MK.
Buat apa membawa perkara ke MK, kalau ujungnya hanya untuk melegitimasi kecurangan. Buat apa pengorbanan untuk dukungan ke MK, jika akhirnya seperti ini?
Tidak ada kewajiban hukum, bagi paslon untuk mengucapkan selamat pada pemenang pasca putusan MK. Tidak ada juga kesalahan, mendiamkan kemenangan, dan segera mendatangi para pendukung dan relawan untuk segera memberikan ketentraman.
Alih-alih menentramkan pendukung, menghibur pendukung, Paslon 01 dan 03 malah bersegera memberikan ucapan selamat kepada Prabowo Gibran. Apakah mereka tidak memahami suasana kebatinan para pendukung dan relawan pasca pembacaan putusan MK? Tidak bisakah, mereka menahan diri untuk tidak memberikan ucapan selamat, hingga suasana batin pendukung relatif tentram?
Ternyata, semua membebek kepada Surya Paloh yang sejak pengumuman keputusan KPU langsung menerima keputusan dan ucapkan selamat kepada Prabowo Gibran.
Ah sudahlah. Kita ini memang cuma rakyat biasa. Suara batin kita, tak akan pernah didengar, baik oleh penguasa, pemenang curang, juga mereka yang merasa jadi korban kecurangan, yang selama ini meminta dukungan para relawan.
Sebaiknya, kita yang mengoreksi diri, bukan mereka. Mereka para politisi memang terbiasa berdusta dan khianat. Kita saja, yang berulangkali memamerkan kebodohan dengan berulangkali rela ditipu dan dikhianati.
Semua itu karena demokrasi. Ya, demokrasi adalah biang kerok semua kebohongan dan pengkhianatan ini. Sudah saatnya, kita campakkan demokrasi dan segera kembali kepada Islam. Agar kita bisa memotong lingkaran setan kebohongan dan pengkhianatan. [].