Pemberitahuan Iran ke AS sebelum Serang Israel dalam Perspektif Ilmu Hubungan Internasional

Iran memberitahukan ke Amerika Serikat (AS) sebelum menyerang Israel agar tidak terjadi collateral damage. Iran juga telah memberitahu negara sekitar Israel sebelum menyerang negara Zionis.

“Pemberitahuan akan ada serangan memang perlu dilakukan oleh aktor rasional (nah saya pakai istilah HI), tujuannya, agar tidak ada collateral damage. Iran juga terbuka bilang bahwa ia kasih tahu negara-negara di seputar Israel; lalu mereka segera menutup jalur udaranya, agar tidak ada rudal nyasar mengenai pesawat sipil,” kata dosen HI Unpad yang juga pengamat Timur Tengah Dina Sulaeman di akun X, Rabu (17/4/2024).

Menurut kamus Oxford, secara harfiah collateral damage adalah kerusakan atau kehancuran tambahan, mengacu pada ​kematian atau cedera pada warga sipil (orang yang bukan anggota angkatan bersenjata) atau kerusakan pada bangunan yang tidak berhubungan dengan militer selama perang.

Orang-orang menggunakan istilah ‘collateral damage’ untuk menghindari mengatakan ‘terbunuhnya orang-orang yang tidak berdosa.’

Kata Dina, sikap Iran ini beda kelas dengan aktor irrasional seperti Israel yang mengebom semaunya, dan ketika ada korban sipil, dia bilang “collateral damage.”

“Kalau benar Iran kasih info khusus ke AS [ini kan masih klaim dari pihak Zionis], perlu dipahami: diplomasi di sela-sela perang adalah hal wajar, tergantung target,” paparnya.

Target Iran memang bukan untuk membunuhi Yahudi-Zionis sebanyak-banyaknya, tapi target strategis (yang paling utama: menciptakan ekuasi terhadap militer Zionis yang konon “the invincible” dan memaksa semua aktor irrasional

“Israel dkk- agar mau rasional & memberi posisi tawar lebih tinggi bagi front perlawanan Palestina di meja negosiasi agar ada gencatan senjata permanen,” jelasnya.

Pemberitahuan Iran menyerang Israel, kata Dina tidak sama dengan “minta restu” apalagi ilusi “Syiah dan Zionis itu bersekutu”. “Yang berilusi ini, jelas tidak pakai teori HI, tapi pakai teori konspirasi ala Wahabi,” pungkasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News