KH Imaduddin Haramkan Mempercayai Ba’alawi Keturunan Rasulullah, Masih Mempercayai Masuk Neraka?

Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Cempaka Kresek Banten KH Imaduddin Utsman Al Bantani (Kiai Imad) mengharamkan mempercayai Ba’alawi keturunan Rasulullah.

Demikian dikatakan Kiai Imad dalam diskusi di channel YouTube Padasaku TV beberapa waktu lalu.

Bagi Kiai Imad, keberadaan Ba’alawi di Indonesia tetap tidak mudah untuk dicarikan kaitannya secara keturunan dengan Rasulullah. Memang banyak kitab yang membahas Ba’alawi misalnya Nubzat Latifah fi Silsilati Nasabil Alawi karangan Zainal Abidin bin Alwi Jamalul Lail, Ittisalul Nasabil Alawiyyain wal Asyraf karangan Umar bin Salim al-Attas (abad 13) dan Syamsu al-dzahirah karangan Muhammad bin Husein al-Amasyhur (abad 13). Semua kitab ini menjadi sumber dan rujukan untuk ketersampaian nasab mereka ke Rasulullah.

Kata Kiai Imad, sayang sekali, kitab-kitab yang dijadikan rujukan dalam konteks mini adalah kitab-kitab yang ditulis pada abad 13 atau setelahnya. Bagaimana dengan kitab-kitab abad sebelumnya 10,11 dan 12 yang seharusnya mereka jadikan rujukan?

Kiai Imad menyatakan Alawi bin Ubaidillah adalah datuk Ba’alawi di Indonesia. Menurut Kiai Imad, beliau ini adalah urutan ke 12. Dari serangkaian nama ini, ada yang terputus.

Menurut Kiai Imam, terputusnya nasab itu di rangkaian keturunan Ali al-Uraidli. Menurut penulusuran yang dilakukan Kyai Imad, kedudukan anak Ali al-Uraidli ini penting untuk menyambung pada Datuk para Habib di Indonesia, yaitu Alawi bin Ba’alawi.

Dari hasil penelitian Kiai Imad ini, atas hadis dan juga kitab-kitab nasab yang primer (utama), dia merasa kesulitan untuk mencari kesinambungan para habib di Indonesia untuk sampai pada Rasullulah karena tidak ditemukannya keterangan tentang rangkaian generasi yang sampai Ali al-Uraidhi.

Kiai Imad menyatakan bahwa keturunan Ali al-Uraidli tidak ditemukan pada sumber-sumber hadis dan pada abad 3 H di mana masa hidup Ali al-Uraidli kitab nasab belum tertulis. Kitab nasab baru ada sejak abad 5 dan menurut kitab ini memang Ali al-Uraidli memiliki keturunan empat, Muhammad bin Ali, al-Hasan bin Ali, Ja’far bin Ali dan Ahmad bin Ali (Tahdzhibul Ansab karya al-Ubaidili). Dalam berbagai kitab, meskipun berbeda soal jumlah anak, namun mereka berpendapat bahwa Ali al-Uraidli memang memiliki anak.