Oleh : Nana Sudiana (Direktur Akademizi dan Associate Expert FOZ)*
Ramadhan adalah bulan mulia. Bulan dimana perintah puasa dilakukan sebulan penuh nan bertabur pahala berlipat ganda. Bulan ini pula bulan dimana umat Islam diminta membuktikan kepedulian-nya secara nyata lewat ajaran zakat, infak dan sedekah bagi sesama.
Bulan ini tak semata soal ibadah seorang hamba dengan Tuhan-nya agar ia bertaqwa dan berubah lebih baik dari sebelumnya, lebih dari itu, di bulan ini keshalehan sosial betul-betul dibuktikan berjuta umat Islam di dunia. Ajaran Rosul yang memberikan inspirasi untuk lebih peduli sesama, banyak bersedekah dan banyak memuliakan dan membantu meringankan beban kehidupan yang diderita sesama, nyata mewujud dimana-mana.
Kebaikan bagi diri sendiri tak cukup. Di bulan ini, ada tambahan pembuktian yang harus kita lakukan bersama, yakni kemanfaatan bagi sesama. Kemanfaatan inilah sejatinya adalah transfer kebaikan, kesyukuran dan kemuliaan jiwa nan bahagia. Saatnya perbaikan jiwa ditingkatkan, saat yang sama, kebahagiaan perlu juga dirayakan dengan membaginya pada sesama.
Bahagia Dengan Kemanfaatan Nyata
Kebahagiaan adalah salah satu hal yang diinginkan setiap manusia, termasuk juga seorang mukmin. Kebahagiaan sendiri memiliki makna yang berbeda-beda pada diri setiap orang. Hal ini tergantung dari tujuan hidup masing-masing manusia-nya. Dengan demikian, ukuran kebahagiaan antara tiap manusia tidak mudah diukur dan bisa berubah-ubah.
Kebahagiaan dalam konsep Islam tidak hanya berkaitan dengan kepuasan jasmani manusia semata, namun juga terhubung langsung dengan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT. Soal bahagia pun dalam pandangan Islam juga tidak dapat diukur dari banyaknya harta, kekayaan, status sosial, atau kemewahan lainnya. Bahagia itu justru lahir dari ketenangan hati dan kenyamanan jiwa yang diperoleh seorang hamba karena anugerah dari Allah SWT. Makanya seorang mukmin yang ingin hidup bahagia, salah satu cara meraihnya adalah dengan beribadah sesuai ajaran Allah SWT.
Dalam kitab Nashoihul ‘Ibad, orang yang bahagia menurut pandangan Islam memiliki tiga ciri-ciri, yaitu berhati alim, berperilaku sabar dalam menghadapi cobaan, dan selalu bersyukur dengan apapun yang dimilikinya.
Setiap Muslim yang ingin memperoleh kebahagiaan hakiki dengan cara bersyukur pada-Nya dapat melakukannya dengan beberapa cara. Salah satunya dengan selalu mengingat Allah SWT sebagai dzat yang maha memberi, menciptakan, dan menentukan kebahagiaan pada hamba-Nya.
Selain itu, masih dalam kerangka bersyukur, kita juga senantiasa menerima dengan ikhlas dan lapang dada atas segala nikmat dan rezeki yang telah Allah SWT berikan. Dan tentu saja, saat yang sama kita juga harus selalu berbuat baik dan menghindari perilaku jahat terhadap sesama.
Puasa Ramadhan selain mendidik kita menguatkan rasa syukur, juga kesempatan untuk merealisasikan rasa syukur ini dengan sekuat tenaga. Mumpung kemuliaan Ramadhan begitu berlimpah dan pahala kebaikannya Allah lipatgandakan.
Menjadi seorang mukmin yang bermanfaat sejatinya adalah jalan kesyukuran yang bisa kita lakukan. Rasulullah saw bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ No: 3289).
Kemanfaatan juga sesungguhnya manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah SWT berfirman: “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7).
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi Saw. Bersabda : “Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia”
“Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah : (1). membuat muslim yang lain bahagia, (2). mengangkat kesusahan dari orang lain, (3). membayarkan utangnya, (4). menghilangkan rasa laparnya”
“Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk suatu keperluan lebih aku mencintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR.Thabrani)
Hadits riwayat Ibnu Abbas RA, bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain”.
Dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah dijelaskan “Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain”.
Tiga Langkah Menuju Kemanfaatan
Adapun langkah nyata untuk merayakan kebahagiaan bisa dengan bermacam cara. Yang terpenting adalah tidak melanggar aturan syara’. Salah satu cara nyata menunjukan kemanfaatan adalah dengan perkataan yang menyenangkan, bisa dengan sikap rendah hati, tidak merasa yang paling mulia sendiri, menghormati hak-hak orang lain, memberikan sesuatu, memberikan senyuman dan sebagainya.
Dalam Ramadhan kali ini, kita bisa mulai mewujudkan langkah nyata dengan menjadi pribadi yang mampu menggembirakan orang lain. Cara ini sendiri pada dasarnya merupakan salah satu amalan yang menjadi sarana untuk bisa dicintai atau disukai Allah SWT.
Adapun tiga (3) langkah yang nyata dalam kerangka menyenangkan saudara seiman , juga sesama di sekitar kita adalah minimal dengan melakukan 3 hal, yaitu :
Pertama, Membantu Menunaikan Ziswaf dan Mendoakan-nya
Bagi seorang muslim yang mampu secara harta, sudah menjadi kewajiban mereka untuk menunaikan zakat, infak, sedekah dan wakaf. Namun terkadang, sejumlah calon muzaki (orang yang memiliki kemampuan untuk berzakat) kesulitan dalam menunaikan zakat atas hartanya. Ditambah lagi, kadang tidak tahu harus kemana ia akan berzakat. Hal ini ditambah seringkali muncul isu-isu negatif soal lembaga zakat yang ada.
Disinilah kita memainkan peran dengan baik. Pada dasarnya, tak perlu harus menjadi amil zakat, apalagi bersertifikat standar layaknya seorang amil profesional. Yang kita harus lakukan sederhana saja, pertemukan mereka dengan para amil profesional yang legal dan terpercaya. Nah, lalu kita juga bisa ikut mendoakan mereka atas harta yang mereka keluarkan agar mendapatkan keberkahan hidup dunia dan akhirat.
Kita dorong, agar orang-orang baik ini, dan juga penuh kepedulian seperti mereka agar hidupnya semakin mulia. Rasulullah SAW pernah ditanya, sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab : “Yaitu sedekah di Ramadhan” (HR Tirmidzi)
Ketika orang-orang yang kita bantu dan edukasi ini bisa bersedekah, semoga mereka dan kita semua mendapat kebaikan dari apa yang kita berikan. Allah SWT berfirman :
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Mahamengetahui” (QS. Al Baqarah: 261)
Dengan berbagi rezeki melalui sedekah juga, Allah SWT akan mendatangkan beribu balasan kebaikan dan limpahan rahmat kepada hamba-Nya. Tidak akan habis harta kita yang disedekahkan kepada orang lain, justru akan bertambah lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi serta kebaikan lain juga akan didapatkan.
Kedua, Membuat Program-Program Sosial dan Dakwah di Bulan Ramadhan
Ramadhan memang bulan ibadah. Ia juga bulan mulia nan agung. Namun menjalani-nya tetap saja diperlukan pengelolaan diri yang baik. Dibutuhkan kemampuan terbaik untuk menjaga keseimbangan dalam beribadah dan melakukan aktivitas sosial di bulan ini.
Dengan tetap melaksanakan ibadah-ibadah mahdhoh di bulan Ramadhan, aspek keluarga juga sosial kemasyarakatan tak perlu ditinggalkan. Jalani semua secara harmoni dan proporsional. Rasulullah SAW senantiasa menjaga keseimbangan, walaupun beliau khusu’ dalam beribadah di bulan Ramadhan, tetapi tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga, juga urusan sosial keumatan. Kita tetap juga mengulurkan bantuan dan kepedulian pada sesama atau masyarakat di sekitar kita yang membutuhkan bantuan sesuai kemampuan yang kita miliki.
Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya” (Muttafaq ‘alaih).
Dan salah satu bentuk sedekah yang dianjurkan adalah selama Ramadhan adalah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Ketiga, Membuat Program-Program Sosial dan Dakwah Secara Berkesinambungan
Kemiskinan dan persoalan umat Islam tak hanya ada di bulan Ramadhan. Dengan begitu, kepedulian dan daya dorong perubahan masyarakat untuk terus membantu dan peduli pada sesama harus dirawat dengan baik. Perawatan ini secara konsisten harus kita lakukan di sepanjang tahun paska Ramadhan. Hal ini, agar nanti umat terus saling terhubung dan effect kemanfaatan yang ada justru kian besar seiring bertambahnya waktu. Ketika pada akhirnya bertemu kembali dengan Ramadhan, secara otomatis, kesadaran untuk berkolaborasi membantu dan pesudi dengan sesama semakin besar dan bermanfaat nyata.
Dengan kemampuan menjaga kesinambungan seperti ini pada Ramadhan tahun berikutnya, kita tinggal memperluasnya dan menguatkan apa yang sudah kita lakukan, termasuk mengkomunikasikan kembali sejumlah persoalan umat yang masih menjadi hambatan kemajuan dan kesejahteraan umat.
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang memudahkan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).
Untuk merealisasikan 3 hal di atas, maka marilah kita bersemangat mengumpulkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf serta dana sosial lainnya dengan semangat dan gembira, karena dana yang kita kumpulkan akan menjadi salah satu sarana kita untuk menggembirakan saudara-saudara kita lainnya yang membutuhkan.
Berusaha mencapai target yang telah ditetapkan bersama dengan membuka pintu-pintu masuk pengumpulan dana melalui lembaga-lembaga pengelola Ziswaf yang legal dan terpercaya.
Semoga Allah SWT memudahkan langkah kita, dan kita termasuk hamba-hamba Allah yang dicintai dan disukai- Nya karena berusaha menggembirakan saudara kita sesama mukmin. Semoga bermanfaat.
Wallahu’alam.
*). Di “wrapping” dari berbagai sumber