Habib Umar Alhamid: Jangan Mau Jadi Tumbal Politik, Pilih Hidup Terhormat atau Mati Terlaknat

Setelah Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dihancurleburkan dan Mahkamah Konstitusi (MK) dirusak jadi barang rongsokan sehingga membuat orang tak lagi percaya. Kini kayaknya penguasa atau pemerintahan oligarki akan menyasar Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan bisa saja seterusnya mungkin TNI, Kepolisin, Kejaksaan dan Kehakiman.

“Ini kerusakan bangsa Indonesia ibarat gempa berjalan secara berkala dan menghatam kesegala arah. Saya minta setiap institusi berhati hati dalam menjaga marwahnya dan menghidari serta menolak dijadikan tumbal oleh kedinastian,” ujar Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid kepada wartawan, Senin (4/3/2024).

Menurutnya, sekarang ini kita dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit pilihannya. “Hidup terhormat atau mati terlaknat. Saatnya rakyat harus siaga penuh dalam mengantisipasi datangnya badai yang akan memporak-porandakan bangsa dan negara tercinta Indonesia,” tutur Habib Umar.

Dikatakan Habib Umar, ini betul-betul tragedi yang tak terpikir sebelumnya. Apa lagi hal ini diciptakan oleh kepala negara yang diduga tidak mengerti aturan dan etika dalam mengelolah negara serta kurangnya memahami wawasan kebangsaan dan kenegarawanan yang berakibat membuat kehancuran dan malapetaka direpbulik ini

“Saya minta kepada seluruh rakyat di negeri ini untuk kita semua terus berjuang untuk memutus kehendak ‘iblis’ oligarki yang ingin menghancurkan pondasi bangsa yang telah disusun dengan gigih oleh para pejuang sebelumnya,” papar habib.

Lebih jauh Habib Umar mengingatkan kembali kepada masyarakat jangan mau dijadikan tumbal oleh penguasa yang ‘bejat’ dan tak beretika. Jangan lagi ada tragedi kedua seperti kejadian G 30 S/PKI, di mana rakyat yang tidak mengerti dijadikan tameng dengan diberi uang untuk dibenturkan di barisan depan dalam pertikaian.

“Saya berharap, semoga hal tersebut tidak terulang dan ingat nantinya oknum-oknum dan penjabat yang akan memikul tanggung jawab atas kejadian tersebut. Setop teror, setop intimidasi, jangan jadikan momentum pemilu yang tak berkualitas (abal abal) ini sebagai keberhasilan tipu tipu,” tegasnya.

“Dan saya juga meminta agar TNI dan institusi Polri jangan melakukan perlawanan dan melakukan penindasan terhadap rakyat yang ingin mencari keadilan. Karena yang akan menang bukanlah kezholiman tapi rakyat yang menginginkan perubahan dan keadilan dalam bentuk the day of glory for yustice. Pengadilan rakyat sebagai extra parlemen jalanan yang akan dipelopori oleh Akademika dan mahasiswa se-Indonesia. Saat ini rakyat sedang mencari keadilan di negerinya sendiri,” katanya.