Hercules yang Ini bukan Setengah Dewa tapi Mantan Preman Tanah Abang

by M Rizal Fadillah

Semakin kacau saja negara, bukannya memperkuat peran aparat keamanan resmi untuk antisipasi dengan bersemangat non partisan, malahan yang terjadi adalah tampilan pengerahan pasukan preman. Kelompok Hercules unjuk diri untuk meneror publik.

Di tengah rezim Jokowi yang dituduh menjadi motor dari perampokan suara alias Pilpres yang curang untuk memenangkan Prabowo Gibran, semestinya Jokowi memaksimalkan diri untuk klarifikasi. Bukan unjuk perlindungan diri.

Siapapun itu apakah Jokowi, Prabowo atau lainnya tidak pantas menyiapkan preman untuk bersiaga. Mau melawan siapa, mahasiswa atau emak-emak ?

Tampilan demonstratif kelompok Hercules bercitra pasukan Cakrabirawa PKI.

Adakah kehadiran kelompok preman pimpinan Hercules Rosario Marshall itu menunjukan ketidakpercayaan rezim kepada aparat keamanan ?

Atau mungkin implementasi dari nasehat dukun dalam rangka melindungi istana dari mala petaka ?

Seruan pemakzulan Jokowi semakin nyaring saja, bukan lagi satu atau dua kelompok seperti Petisi 100 tetapi juga dari akademisi, purnawirawan, buruh maupun mahasiswa.

Relawan pendukung Pilpres 01 dan 03 mulai menjadikan pemakzulan sebagai opsi terbaik untuk melawan kecurangan yang brutal. Semua berkeyakinan bahwa selama Jokowi berkuasa, maka manipulasi pasti terjadi.

Berbeda dengan Pilpres 2019 dimana rakyat tidak melakukan perlawanan dini, namun saat ini di samping kecurangan memang lebih brutal, juga terjadi protes dan perlawanan yang lebih awal dan berkelanjutan. KPU dinilai sebagai pabrik dari kecurangan.

Berbagai elemen rakyat tidak dapat menerima penipuan dan tak ingin peristiwa pembodohan dan penghianatan sebagaimana Pilpres 2019 terulang kembali.

Masyarakat menilai Jokowi dan keluarganya sedang mencoba untuk memproteksi diri, khawatir akibat kecurangan terstruktur, sistematis dan masif yang ia komandani akan terbongkar. Ia butuh perlindungan.

Bagi masyarakat cerdas pengerahan model kelompok Hercules ini tentu membahayakan karena secara tidak langsung akan memancing penguatankelompok masyarakat tandingan.

Kelompok nasionalis akan menyiapkan pasukannya, begitu juga dengan kelompok perjuangan umat Islam yang siap bersiaga pula. Sesungguhnya umat Islam itu bahagia jika berada di ruang jihad.

Jangan sampai konflik horizontal dibuka oleh Jokowi, Prabowo atau pihak lainnya.

Meski seperti sukses memenangkan pertempuran menggolkan Prabowo-Gibran menjadi Presiden-Wapres versi Quick Count, tetapi Jokowi kalah telak dalam peperangan. Perang melawan kejujuran dan keadilan.

Gagal untuk menaklukan rakyat. Ia hanya mampu membeli bukan mendapat simpati. Dikira demokrasi selesai dengan transaksi.

Sebentar lagi Jokowi akan tumbang akibat selalu berbuat curang. Menjelang tenggelam ia meraih pegangan.

Hercules adalah setengah dewa dalam mitologi Yunani. Tetapi Hercules yang ini hanya mantan preman Tanah Abang. Ia pernah dikalahkah oleh Bang Ucu jago silat Betawi asli.

Gagah-gagahan Hercules bukan jamannya, yang dibutuhkan adalah aparat keamanan yang jujur dan berintegritas. Membela dan merebut simpati rakyat, bukan justru aparat yang memelihara preman untuk menakut-nakuti rakyat. Itu pengecut namanya.

Lagi pula, sebenarnya banyak yang lebih jago dan digjaya daripada Hercules dan kelompoknya.

Kata si doi, sorry yeee..!

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 20 Februari 2024