Oleh : Memet Hakim, Pengamat Sosial
Pilpres tanggal 14 Februari 2024, sekarang tanggal 11 Ferbruari, iadi tinggal 3 hari lagi. Kampanye akbar tanggal 10, merupakan akhir kampanye.
Kompetisi semakin menarik, kampanye pamungkas 01 paling banyak pesertanya di JIS, disusul pemilih 02 di GBK dan 03 di Solo. Gambaran ini tidak dapat dijadikan barometer besarnya suara, karena kapasitas tempat di JIS, GBK dan Solo berbeda.
Jika melihat animo pengunjung saat kampanye, selayaknya 01 yang unggul, kedua 03 dan terakhir 02. Besarnya pengunjung juga tidak menggambarkan besarnya partai, tapi lebih menggambarkan besarnya keikutsertaan relawan.
Kalo hasil survey politik umumnya 02 yang unggul, sedang 01 & 03 gantian berada di tengah dan dibawah. Hasil survey yg dianggap netral seperti ILC 01 yang diatas, disusul 02 dan 03.
Keuntungan 02 (dibaca kecurangan Istana) tentu akan mendongkrak suara 02, akan tetapi rakyat semakin pintar, sehingga tekanan Polisi, Kades/Lurah, Bupati dan Bansos tidak terlalu banyak pengaruhnya.
Banyaknya baliho dan spanduk, begitu juga tidak melambangkan suara juga. 01 yang paling sedikit balihonya belum tentu kalah oleh 02 & 03 yang balihonya jauh lebih banyak.
Faktor Jokowi yang mengarahkan aparat ASN dan Kepolisian akan menjadi faktor yang ikut menentukan besaran suara. Hanya saja diprediksi cawe2 Jokowi ini akan terlihat sognifikan di daerah yang jauh dari kota. Di perkotaan pengaruhnya sedikit, tergantung dari tingkat pendidikan dan kesejahteraan penduduknya.
Bisa juga niat Jokowi cawe cawe yang semakin vulgar justru berbuah kemarahan rakyat dan paslon 01 & 03. Kecurangan Jokowi bisa menjadi bumerang, merugikan 02. Akan tetapi bagaimanapun suara tka yang diarahkan (jika boleh memilih) akan masuk ke kantong 02. Jadi Gerindra bisa menjadi lebih besar dari pada PDIP.
Dilain pihak jika pilpres lebih jurdil, partai PKS yang akan berkembang, bisa juga menjadi terbesar. Suara PDIP, Golkar, PAN dan PPP akan tergerus oleh PKS. Nasdem dan PKB pendukung 01, diprediksi akan bertambah suaranya walau tidak terlalu tinggi.
Bagaimanapun politik ini sangat cair, 01 & 03 bisa berkolaborasi berhadapan dengan 02 plus Jokowi. 02 bisa tersisih jika demikian. Tapi jika 01 & 03 bekerja masing-masing, bisa jadi 03 atau 01 yang tersisih. Jika 03 tersisih, suaranya mungkin pindah ke 01 dan mungkin juga sebaliknya. Tapi jika 02 yang tersisih, 01 & 03 akan berhadapan langsung tanpa kecurangan, karena tidak ada Jokowi. Pilpres akan lebih jurdil.
Memang pemilu tanpa Jokowi akan lebih aman dari kecurangan. Kecurangan di dalam pemilu adalah kejahatan politik. Nah tinggal Kepolisian & ASN menentukan akan menjadi bagian dari kejahatan politik atau tetap netral.