Prabowo Sengaja Tutup Mata Terhadap Pelanggaran Jokowi?

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Terungkapnya kasus penyuapan terhadap seorang Kyai Pesantren, jebakan para kader dan simpatisan PKS untuk dukung paslon 02, dan dukungan palsu warga Wadas terhadap pasangan Prabowo-Gibran makin menegaskan kepanikan pasangan Prabowo-Gibran sehingga mulai main licik dan kotor.

Manuver pasangan Prabowo-Gibran makin tidak sportif dan menampakkan kedunguannya. Selain narasi-narasi Gibran yang selalu asbun yang menunjukkan kedangkalan pengetahuannya, langkah Prabowo yang terus membiarkan berbagai pelanggaran aturan Pemilu juga semakin menambah kecurigaan masyarakat akan rencana busuk paslon 02 ini.

Di tengah-tengah kepercayaan rakyat terhadap paslon 02 semakin anjlog dan dijauhi rakyat, tapi rilis hasil survey lembaga-lembaga survey tertentu (pesanan) selalu menempatkan pasangan Prabowo-Gibran elektabilitasnya tertinggi. Bahkan Gibran sendiri optimis bisa menang satu putaran.

*Mereka para “pesulap” suara sedang menggiring opini dengan mengutak-atik hasil survey dan membuat dukungan-dukungan palsu agar seolah-olah rakyat lebih banyak mendukung paslon 02 daripada paslon 03 dan 01*. Mereka sama sekali tidak mendasarkan tingginya suara rakyat atas besarnya animo dan dukungan rakyat secara real di lapangan.

Kritikan bahkan ejekan masyarakat kepada paslon 02 seperti : “kami muak”, “capres pelanggar HAM”, “Food Estate gagal” “korupsi di kemenhan yang tidak pernah diusut,  dll; dan olok-olok kepada Gibran, seperti cawapres : “bocil”, “anak ingusan”, “plonga-plongo”  “belimbing sayur”, “otak kosong”, “takut debat”, dll menunjukkan bahwa Paslon 02 semakin dijauhi rakyat. Bagaimana mungkin Gibran bisa yakin bisa menang bahkan dalam satu putaran ? Ada operasi apakah di belakang semua itu ?

Dengan banyaknya blunder baik yang dibuat oleh Prabowo apalagi oleh Gibran, tapi tetap yakin menang, diduga pasangan Prabowo-Gibran akan memainkan skenario licik dan busuk.  Waspada terhadap manuver-manuver di bawah ini :

Pertama, Bergabungnya Prabowo kedalam koalisi Jokowi

Ambisi  untuk jadi Presiden dan kecewa atas kekalahannya di Pilpres 2019 membuat Prabowo nekad bergabung dengan rivalnya yang curang dengan meninggalkan pendukungnya dan mengabaikan harga diri dan nilai-nilai moral.

Kedua, Memuji-muji Jokowi secara berlebihan

Bukan saja telah masuk kedalam kolam cebong, bahkan Prabowo terlalu memuji Jokowi secara berlebihan tapi sifatnya paradoks dengan fakta dan realita.

Ketiga, Menerima Gibran sebagai Cawapres

Dengan banyaknya pilihan cawapres yang lebih berkualitas dan memiliki dukungan suara yang besar tapi malah menerima cawapres “ingusan” dan akan menurunkan elektabilitasnya, diduga ada kepentingan lain di belakang itu, terutama “kekuatan” kekuasaan Jokowi. Padahal Gibran berpotensi akan makin menghancurkan negara yang sudah terpuruk ini oleh kelakuan Jokowi.

Keempat, Mendukung kecurangan yang dilakukan Jokowi

Hampir dipastikan Jokowi akan melakukan kecurangan di semua lini, mulai dati pengerahan aparat, penggunaan politik uang, intervensi lembaga-lembaga yang berkaitan dengan Pemilu, membuat dukungan palsu, menyuap para ulama dan kyai, sampai penggunaan lembaga-lembaga survey palsu.

Kelima, Memanipulasi dukungan rakyat

Guna mendukung hasil survey lembaga-lembaga survey bayaran, maka akan diciptakan duku gan dan deklarasi palsu, seperti yang terjadi di Wadas dan kader-kader PKS.

Keenam, Memanipulasi lembaga-lembaga survey pesanan

Jangan percaya rilis hasil survey bayaran rezim, karena hasil survey mereka dari hasil utak-atik data tanpa transparansi dan metode ilmiah. Walaupun suara Anies dari rilis atau polling lembaga survey independen sampai 83%, tapi rilis hasil survey mereka elektabilitas Anies tetap 17%?

Ketujuh, Dimainkannya politik sandera

Bungkamnya para Ketum Parpol,  tokoh masyarakat, bahkan tokoh Agama terhadap berbagai kedzaliman dan kemunkaran yang ada di hadapan dan sekitar mereka karena mereka tersandera kasus korupsi dan suap. Tokoh vokal seperti FH, YIM, TGB, dan Ketum Parpol yang jadi bebek penurut seperti AH, ZH, bahkan sekarang AHY sudah kehilangan daya kritisnya, sekalipun mereka disuruh masuk jurang (kehinaan) diikuti juga. Hati nurani dan akal sehatnya sudah mati.

Bagaimana mungkin mereka masih belum menyadari akan kejahatan Jokowi terhadap negara dan bangsa ini, padahal kapal sudah hampir karam ?

Semoga tahun 2024 rencana Jahat Jokowi bisa dihentikan.

Bandung, 23 J. Awwal 1445