Teroris Israel Kalah Telak, tapi Perang Berlanjut, Bagaimana Amerika?

Oleh : Memet Hakim, Pengamat Sosial & Wanhat APIB & APP TNI

Sampai hari ke 57 dimana 7 hari adalah hari gencatan senjata, korban sipil tewas lebih dari 14.000 orang yang di dominasi anak-anak, wanita dan orang tua. Korban Tentara Israel (IDF) walau yg diumumkan hampir 395 orang, terapi perhitungan jurnalis Israel mengatakan sekitar 3.000 bahkan laporan terakhir 12.000 personil yang mati. Milisi hamas hanya 17 orang yg menjadi syuhada.

Belum lagi 335 tank Israel berhasil dihancurkan oleh Hamas, belum peralatan lainnya. Setidaknya ada 2.000 personil & 3 jendral yg tidak mau terus berperang. Moral pasukan Israel sudah jatuh, akibat sulitnya berperang lawan Hamas.

Pasukan reguler Israel lebih dari 126.000 ditambah pasukan cadangan lebih dari 300.000 personil melawan pasukan gabungan Palestina yang jumlahnya 40.000 personil. Sampai saat ini Hamas baru menurunkan 30% kekuatannya, sedang Israel sudah menurunkan kekuatan penuh.

Israel kalah telak korban 12.000 vs 17 personil, merupakan kesimpulan yg meyakinkan. Padahal sebelumnya dengan angkuhnya Benyamin Netanyahu berkata hanya perlu waktu 6 jam untuk melumpuhkan Hamas di Gaza. Yg terjadi selama 56 hari, malah Israel yang babak belur dihantam Pasukan Hamas al Qassam.

Hamas unggul di semua bidang, berkat kesabaran, kecerdikan dan keimanan yg tulus pada Allah SWT. Pasukan Hamas dibantu “pasukan malaikat” dan didukung oleh Libanon, Yaman, Irak, Afganistan dan Suriah. Israel dibantu tentara Amerika dan Inggris serta didukung Perancis, Jerman.

Di dalam dunia militer, sebelum penyerangan selalu didahului tim intelijen. Hamas melakukannya, tapi Israel terlihat di dalam memutuskan penyerangan hanya menggunakan emosi dan kemarahan. Sulitnya menemukan lokasi keberadaan pasukan Hamas, serangan mendadak dari Hamas memuat pasikan Israel kelimpungan dan stress berat.

Serangan udara di Gaza yang telah membunuh warga sipil lebih dari 14.000 orang, mungkin dianggap Israel merupakan keberhasilan. Tapi ternyata ini kesalahan besar Israel. Serangan udara Israel dianggap sebagai “serangan genosida” oleh warga dunia, apalagi serangan ditujukan juga ke camp pengungsi dan pengungsi yang sedang berjalan.

Saat pertukaran sandera, ada kesan yang sangat berbeda. Hamas yg disebut teroris ternyata merawat sandera dengan baik dan ramah. Israel sebaiknya memperlakukan tahanan dengan berbagai siksaan dan perlakuan buruk lainnya.

Lewat pertukaran sandera antara Hamas dan Israel, dunia mengetahui sejarang siapa teroris sebenarnya. Tidak salah jika Palestina dan “Islam” mendapat membelaan dari warga dunia, termasuk rakyat Israel dan rakyat sekutunya.

Pemimpin Israel “Benyamin Netanyahu adalah penjahat Perang”, “Joe Biden membantu penjahat perang, merupakan penjahat perang juga”.

Mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatannya atas 14.854 korban tewas, termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 wanita di “Gaza”. Korban luka-luka 36.000 orang, dengan sekitar 75% diantaranya adalah anak-anak dan perempuan. Setidaknya 6.800 warga dilaporkan hilang di Gaza. Belum termasuk korwan tewas di Tepi Barat, dll.

Hamas juga menang atas pertempuran di media. Berkat kebijakannya merawat sandera, para pendukung Israel berubah pikiran. Perang medsos para pendukung Israel dan Hamas, menjadi da’wah bagi perkembangan Islam. Bagaimana Hamas dibantu oleh para malaikat saat berperang, bagaimana karakter pasukan milisi Hamas yg garang terhadap musuh tapi lembut terhadap anak2, wanita, orang tua serta teguh pada pendirian, berperang untuk mendapatkan kemerdekaan negaranya telah mengubah persepsi warga dunia, khususnya orang Barat.

Fakta menarik, banyak yang belum paham bahwa Yahudi dan Israel itu berbeda. Israel itu Yahudi zionis yang menjajah Palestina. Komposisi agama di Israel : 73,6% Yahudi, 18,1% Islam, 1,9% Kristen, dan 1,6% Druze (Biro Pusat Statistik Israel (CBS) pada tahun 2022). Jadi agama kristen itu hanya 1.9 % saja. Sedang di Palestina 93% Islam (Sunni) seperti di Indonesia dan 6% Kristen. Jadi jumlah umat Kristen di Palestina lebih banyak dibanding di Israel sendiri. Semoga para pendukung penjajah Israel itu paham dan mengerti, jangan sampai sesat info.

Hikmah dari perang ini adalah
1. Bersatunya Islam (Palestina, Turki, Irak, Yordania, Indonesia, Malyasia, Brunei) dan Shiah (Iran, Lebanon, Yaman, Suriah). Biasanya Sunni dan Syiah selalu bertikai.
2. Bangunnya kesadaran umat Islam di seluruh dunia untuk bangkit melawan ketidak adilan.
3. Timbul kesadaran dari rakyat sekutu Israel, bahwa Hamas itu negara jajahannya Israel yg layak merdeka seutuhnya.
4. Adanya dukungan dari negara Komunis terhadap Perjuangan Palestina seperti Rusia, Korut dan Cina.
5. Ada keengganan dari sekutu Israel untuk terlibat perang antara Hamas & Israel
6. Timbul semangat negara2 di Timur Tengah untuk melawan tirani Amerika. Mereka ingin agar Amerika keluar dari negerinya.

Melanjutkan pertempuran di Gaza setelah gencatan senjata, lebih pada tindakan emosional pemimpin Israel, dibandingkan pilihan rasional. Logikanya Israel ditengah berkurangnya bantuan dari sekutunya, kesulitan keuangan, hancurnya moral IDF menghadapi Hamas dan blokade arus barang dari/ke Israel, mengharuskan Israel konsolidasi total. Keputusan melanjutkan perang adalah tindakan nekat tanpa perhitungan matang

Presiden Amerika, Joe Bidden memilih untuk mengurangi bantuan ke Israel agar dapat menarik simpati rakyatnya sendiri dan negara2 Islam. Seperti diketahui beberapa pangkalan udara Amerika di Irak dan Suriah telah diserang pihak pro Palestina. Kapal2 perang AS juga telah diserang. Kapal2 perang beberapa negara pro Palestina sudah berada di sekitar lokasi juga. Pintuasuk Laut Merah di jaga oleh pasukan Houti, Yaman.

Jika Joe Bidden meneruskan langkahnya mendukung aksi Benyamin Netanyahu, tentu harus menghadapi resiko terburuk. Perang Dunia ke-3 akan terjadi. Amerika hancur diserang Rusia, Korut, Cina dan Iran. Israel semakin cepat hilang dari peta dunia.

Akan tetapi bagi Hamas melanjutkan perang itu akan lebih baik. Kemenangan dalam berbagai pertempuran akan membuahkan kemenangan dari perang sesungguhnya. Negara Israel akan hilang, berganti dengan negara Palestina dengan ibukota di Yerusalem. Ketrampilan Hamas dalam diplomasi dan perang akan mendukung perjuangan Kemerdekaan Palestina.

Bandung, 212-2023

Simak berita dan artikel lainnya di Google News