PDIP Serang Jokowi, Indikator Politik Indonesia: Suara Ganjar-Mahfud Turun dan Bisa Posisi Ketiga

Elektabilitas Ganjar-Mahfud menurun dan bisa berada posisi ketiga ketika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan pendukung paslon nomor tiga terus menyerang Jokowi.

“PDIP dengan strategi attacking-nya secara pasti meskipun tak disadari turut membantu eksodus basis Pak Jokowi dari Ganjar ke Prabowo,” kata Direktur Eksekutif  Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, Rabu (29/11/2023).

Burhanuddin menambahkan jika PDIP terus-terusan menyerang Jokowi, hal itu akan mempercepat proses migrasi pendukung Ganjar ke Prabowo.

Hal ini juga berpengaruh karena adanya anak Jokowi yakni Gibran Rakabuming yang juga maju di kontestasi.

“Mas Ganjar awalnya putra mahkota Pak Jokowi. Tapi kemudian ada perbedaan rute dan itu yang kemudian mempercepat proses eksodus,” tambahnya.

Bahkan, secara ekstrem Ganjar-Mahfud MD bisa saja berada di posisi ketiga karena penurunan suara yang mereka miliki.

Sehingga jika pilpres akan diadakan dua putaran, Ganjar-Mahfud MD akan gugur lebih dulu.

Hal serupa juga dikatakan oleh Direktur Eksekutif Poltracking Hanya Yuhda soal potensi pemilih Ganjar pindah ke Prabowo.

Dikutip dari Kompas.com, berdasarkan hasil survei sebanyak 27 persen pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 akan bergeser ke Prabowo, Sabtu (11/11/2023).

“27,2 persen untuk Prabowo-Gibran tidak bisa dikatakan rendah sesuai potret hari ini. Justru angka tersebut bisa menjadi angka awal untuk berpotensi terus meningkat seiring arah dukungan Jokowi semakin jelas setelah Gibran menjadi cawapres Prabowo,” kata Hanta kepada Kompas.com, Sabtu (11/11/2023).

Namun pergeseran itu bukan semata-mata karena serangan yang dibangun PDIP ke Jokowi.

Ada faktor lain yakni soal performa Prabowo-Gibran selama masa kampanye dan pemerintahan Jokowi di sisa akhir jelang masa jabatannya.

“Berpotensi meningkat dengan kerja-kerja politik dan sosialisasi Gibran di basis-basis Jokowi tentunya,” ujar dia.

Diketahui, Prabowo mendapatkan tambahan suara berdasarkan survei Poltracking.

Saat itu, Poltracking sempat mengadakan survei elektabilitas tiga bacalon di mana Prabowo belum berpasangan dengan Gibran.

Prabowo memang memiliki suara terbanyak di banding dua calon lain saat itu.

Namun, suara pemilih Prabowo terus meningkat saat dirinya menyatakan maju dengan Gibran.