Palestina dianggap bukan tanah yang terbaik karena terjadi sengketa yang memunculkan korban baik pihak Palestina dan Israel.
“Kalau memang tanah terbaik di muka bumi, tidak mungkin jadi obyek sengketa ribuan tahun,” kata Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi di akun X (Twitter), Rabu (11/10/2023).
Islah mengatakan seperti itu menanggapi berita dari tvOne terkait pernyataan Ustaz Khalid Basalamah yang mengungkapkan Beberapa Alasannya: Meski Sedikit, Tanah di Sekitar Al Aqsa Lebih Baik daripada Bumi dan Seluruh Isinya.
Kata Islah, tanah terbaik tentunya tidak akan menyajikan perang demi perang di atasnya. Tidak seperti halnya tanah suci Makkah. Agar kesuciannya tetap terjaga dari berbagai konflik, maka Nabi memutuskan hijrah ke Yatsrib. Sehingga “battle ground” perjuangan Rasulullah bergeser ke Yatsrib, tidak lagi berpusat di Makkah hingga kelak terjadi “fatkhu Makkah”.
“Baitul Maqdis atau Jerusalem itu dibangun dari ceceran darah berlapis-lapis, sejak sebelum Kristen atau Islam dipeluk populasi di Timur Tengah. Hingga yang jadi masalah kemudian adalah: terma “tanah terbaik” kepada Jerusalem itu bukan hanya dalam Islam saja, tapi juga tetap hidup dalam agama lainnya,” jelasnya.
Makanya, Jerusalem itu disebut sebagai kota 1 Tuhan, ibukota 2 negara dan kuil 3 agama. Tiga agama utama di dunia ini memiliki ikatan sejarah yang sama di Jerusalem, sehingga mengundang sengketa dan peperangan yang tidak ada habisnya.
“Kata “terbaik” itu seharusnya bukan ada di tanahnya, tapi dalam perdamaian yang harus dibuat di atasnya,” pungkasnya.