Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Selama ini para pendukung Anies telah bertekad bulat untuk bisa memenangkan Anies di Pilpres 2024. Keputusan memilih Anies tentu atas berbagai pertimbangan yang matang. Bukan saja melihat track record Anies selama menjadi Gubernur DKI yang sangat berhasil, tetapi juga karena pribadi Anies yang sangat terpuji dan orangnya sangat tulus dalam bekerja, bukan lantsran mengejar harta, berbeda dengan capres-capres yang lain.
Anies telah diterima oleh semua elemen masyarakat : muslim dan non muslim, tua dan muda, kaya dan miskin, kaum pria dan wanita, para pegawai tinggi dan buruh, warga Muhammadiyah dam Nahdhiyyin, dll
Namun, ketika Anies tiba-tiba dipasangkan dengan cawapres dari pendukung Jokowi, reaksi pendukung terbelah tiga : 1.tidak tergoyahkan, 2. ragu-ragu, dan 3. langsung cabut dukungan. Mungkin mereka memiliki alasan-alasan yang bisa dipahami, terutama jika berkaitan dengan cawapres yang cacat moral, anti Islam atau bagian dari rezim Jokowi.
Saat ini Anies sudah berpasangan dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Banyak yang masih bingung dan ragu bahkan ada yang cabut dukungan, karena rekam jejak Cak Imin selama ini telah gabung rezim Jokowi bahkan termasuk salah satu pengusung Jokowi 3 periode dan “diduga” terlibat kasus korupsi di Kemenaker di tahun 2012. Sampai saat ini hingar bingar tentang apakah Cak Imin cocok jadi cawapres Anies apa tidak, masih terus bergaung dan jadi perbincangan para relaemwan dan pendukung Anies.
Sebagai bahan renungan dan pertimbangan kita semua, terutama yang semula telah mantap mendukung Anies, atau yang ragu-ragu ataupun yang berniat cabut dukungan, berikut ini beberapa ulasan yang mungkin bisa jadi bahan pemikiran :
Pertama, Jika wapresnya seorang beriman yang bukan catat moral, sebaiknya didukung dan tetap berbaik sangka
Benar Cak Imin selama ini bergabung dengan rezim “kotor” Jokowi, tapi sangat mungkin Cak Imin sudah hengkang dari lingkaran Jokowi, sebagaimana Surya Paloh. Sikap baik sangka ini penting, karena perjuangan Surya Paloh dan Cak Imin mendukung Anies penuh dengan resiko, mulai dari dikucilkan, partainya digembosi, bisnisnya dirontokkan, sampai jadi incaran KPK. Jika masih permainan Jokowi semua resiko itu tidak bakal terjadi.
Kedua, Jika pun Cak Imin ditersangkakan Anies masih bisa tetap maju nyapres, mungkin Allah akan gantikan cawapresnya yang lebih baik
Insya Allah kriminalisasi terhadap Anies tidak akan terjadi, karena secara qadarullah Anies akan tetap maju. Jadi fokus kepada pencapresan Anies. Untuk cawapres insya Allah akan menemukan cawapres terbaik pilihan Allah.
Ketiga, Capres Anies dan Cawapres Cak Imin merupakan hasil istikharah para ulama yang zuhud dan sangat dekat dengan Allah
Hal itu telah disampaikan oleh banyak ulama nahdhiyyin yang dengan tingkat kezuhudannya yang tinggi, insya Allah hasil istikharahnya bisa dipercaya.
Keempat, Anies bukan peliharaan oligarki taipan, tidak pula dibiayai oleh para cukong rezim. Jokowi
Dalam pesannya yang singkat setelah deklarasi capres-cawapres di Surabaya Anies menegaskan kembali perjuangannya tidak bergeser sedikit pun. Artinya, Anies masih anti oligarki taipan
Kelima, Ada upaya adu domba, fitnah, dan black campaign dari rezim Jokowi, antek-antek PKI, dan para oligarki hitam taipan untuk men-down grade citra Anies, termasuk dari PBNU sendiri.
Jika umat Islam, khususnya pendukung Anies tidak cerdas, reaktif terhadap berita-berita hoaks, mudah diprovokasi dan diadu domba, maka usaha Anies haters berhasil dan dukungan terhadap Anies menjadi turun. Oleh karena jangan mudah percaya berita-berita hoaks yang sengaja dihembuskan mereka aga pendukung Anies hilang semangat apalagi kalau bisa cabut dukungan.
Masalah cawapres Cak Imin biarlah waktu yang akan menjawabnya, fokus kita tetap ke Anies Baswedan.
Semoga segala rintangan, fitnah, dan penjegalan segera berakhir. Aamiin
Bandung, 20 Shafar 1445