Ada kemungkian koalisi baru terbentuk PPP-Demokrat-PKS dengan mengusung Agus Harimurti Yudhoyono-Sandiaga Uno (AHY-Sandi). Kemungkinan PKS hengkang dari koalisi Anies-Cak Imin karena sikap NasDem yang selalu mengambil keputusan tanpa melibatkan PKS.
“Jika PPP dan Demokrat bergabung, itu belum cukup memenuhi ambang batas parliament threshold yang 20 persen. Maka, menggaet PKS jadi satu keharusan,” kata Kolumnis Ady Amar dalam artikel berjudul “Agaknya PKS Berhitung Ulang Membersamai Anies”
Godaan membentuk poros koalisi baru seperti mendapat angin, meski untuk PKS jika diibaratkan hembusan angin, itu tidak terlalu terasa tapi setidaknya tampak tidak bulat suara yang ingin membersamai Anies.
“Putusan PKS tetap bersama KPP versi baru–hilangnya Demokrat dan bergabungnya PKB–itu akan diputuskan lewat putusan Majelis Syuro’, yang entah kapan akan diputuskan. Berlarutnya sidang Majelis Syuro’ untuk memutuskan persetujuan Anies-Muhaimin, itu pun memunculkan spekulasi baru yang bermakna: PKS sedang berhitung ulang membersamai Anies Baswedan,” jelasnya.
Kata Ady, PKS dituntut berpikir lebih jauh plus minus, akan tetap bersama atau melepas dukungan pada Anies. Karena itu tidak lepas dari elektoral pilihan legislatifnya (pileg).
“Pemilih PKS menurut rilis hampir seluruh lembaga survei yang memilih Anies, itu ada diprosentasi sekitar 70 persen. Artinya, memilih PKS karena mengusung Anies. Angka itu tidak kecil. Ini boleh dibaca, melepas Anies punya konsekuensi PKS ditinggal konstituennya,” ungkapnya.
Pemilih Anies yang tidak saja di PKS, tidak sedikit juga di PPP, PAN, dan bahkan Golkar–koalisi yang menjagokan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto–nantinya akan berdampak juga pada perolehan pilegnya. Sedang pasangan capres terikat dengan pilihan partai. Jika partai memilih pasangan capres tidak sesuai dengan konstituennya, maka partai itu akan ditinggalkan, atau tidak dipilih konstituennya.
Maka tidak perlu terkaget jika partai tertentu salah dalam memilih capresnya, karena ambisi elitenya yang tidak mengindahkan suara konstituennya, maka partai itu di 2024 akan diganjar terlempar dari Senayan. Anies punya kekuatan riil mengikat pemilihnya dengan tak melihat siapa cawapres yang mendampinginya. Adagium pemilih Anies–rilis survei Litbang Kompas menyebut pemilih Anies paling militan dibanding kandidat lainnya–siapa pun cawapresnya, terpenting capresnya Anies Baswedan.
“Spekulasi yang menyebut PKS sedang berhitung ulang dalam membersamai Anies, itu perlu mendapat jawaban sesegera mungkin dan yang sebenarnya, apakah PKS akan tetap bersama Anies, atau justru putusan sebaliknya yang diambil, menghadirkan poros baru jadi pilihan. Apa pun putusan yang diambil pastinya sudah lewat perhitungan yang matang, tentu dengan konsekuensi yang ditimbulkan,” pungkasnya.