Undang-undang baru kesehatan yang baru disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan bagian skenario besar penjajahan gaya baru.
“Semua kejadian yang ada saat ini menimpa komunitas kedokteran dan kesehatan adalah sesungguhnya skenario besar penjajahan gaya baru saja via cara liberalisme,” kata Dosen Pendidik Klinis di Program Studi Sp-1 Radiologi FKUI Dr. dr. Prijo Sidipratomo, SpRad (K), M.H dalam artikel berjudul “Skenario Besar Penjajahan Gaya Baru”
Kata Prijo Sidipratomo, dunia global punya kepentingan buat menjajah, untuk dijadikan sumber energi bagi yang menjajah serta sumber SDM murah serta pasar, bahkan mungkin laboratorium genetika bagi yang menjajah.
Demokrasi yang dijualnya sebagai gimmick si penjajah karena dengan demokrasi one man one vote akan mudah menguasai Indonesia di mana penduduk well educated-nya cuma dikisaran 20%. Mudah belinya dengan serangan fajar dan BLT pada setiap pemilu.
“Kelompok atau segmen yang wealthy adalah kelompok oportunis mudah dijadikan jongos karena hampir zero idealisme dan cita cita berbangsa serta bernegara,” ungkapnya.
Kalau yang bersedia jadi pencoleng ekonomi dan perusak sistem dan perlu tempat aman dari kejaran bila terjadi situasi unpredictable, Singapore adalah tempat yang disediakannya. Kalau dulu ada Hong Kong sekarang tinggal satu negara itu. “Berapa banyak pengusaha besar dan komplotan perusak sistem yang tinggal di Singapura tetapi tetap pegang WNI,” ujarnya.
Menurut Prijo Sidipratomo, kedokteran dan kesehatan ini memang target terakhir buat dirusak supaya total penjajahan vis liberalisme sukses setelah hukum dan buruh ditumbangkan.
Bangsa ini bisa bangkit keluar dari penjajahan gaya baru yang dibantu oleh antek-antek di dalam negeri Indonesia sendiri jika komunitas orang terdidiknya tidak menjadi kaum oportunis.
“Dokter dan para nakes ini arah pendidikannya sudah mendekati mainstream di dunia global, Di sini kesadaran kita dipertaruhkan dokter lulusan sekolah yang terakriditasi bagus mudah kok masuk di luar negeri begitu juga dengan perawat kita,” paparnya.
Ini akan coba didilusi saat ini supaya jadi terjajah seperti di Filipina.
Prijo Sidipratomo mengatakan, masa depan itu sangat ditentukan oleh kesadaran kolektif para sedikit orang terdidik yg masih punya rasa kebangsaan.
Kalau pra kemerdekaan tahun 1945 bisa, kenapa sekarang yang dari segi jumlah relatif lebih banyak kita jadi ragu buat enyahkan penjajahan gaya baru ini? Come on bangkit tak usah cari kambing hitam tetapi bersatu serta jadikan bara idealisme menjadi api guna menjaga ibu pertiwi.
“Maaf ini hanya pemikiran saya sendiri saja yg sudah menjalani kehidupan 40 tahun sejak berprofesi sebagai dokter dari pedalaman hingga ibukota dan guru diberbagai sekolah tinggi di negeri ini,” pungkasnya.