Jokowi Bicara Soal Sopan Santun, Justru Dialah Perusak Sopan Santun

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Di era Jokowi nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan keadilan sudah mati total, apalagi soal akhlak, moral, dan etika. Jokowi telah menjadi pemimpin tanpa (menghargai) nilai-nilai, yang dikejar hanya ambisi, kekuasaan, jabatan, kehormatan, dan kekayaan. Jangankan soal sopan santun, nilai-nilai agama juga diinjak-injak.

Rupanya kritikan, cemoohan, dan makian rakyat dengan kata-kata : Fir’aun, bajingan, bodoh, tolol, plonga-plongo, pengecut, dll. telah mengusik hati dan bikin kesel Jokowi.

Beberapa contoh bagaimana seorang Jokowi sangat mengabaikan adab-adab :

Pertama, Melupakan jasa seorang Anies Baswedan

Tahun 2014 Anies menjadi tim sukses Jokowi. Pada waktu itu Jokowi masih terlihat “culun”, gagap, dan tampak sekali ndeso-nya. Di sinilah seorang Anies banyak “membimbing” Jokowi. Tapi sekarang apa balasannya ?

Demikian juga ketika di Pilgub DKI 2012 Jokowi banyak dibantu Prabowo. Tapi di tahun 2019, kemenangan Prabowo dirampas Jokowi.

Kedua, Tidak punya sikap hormat dan adab terhadap para ulama dzuriat Rasulullah saw*

Jika Jokowi seorang Muslim yang tau adab, seharusnya ulama itu dimuliakan dan dijunjung tinggi, bukan malah dikriminalisasi bahkan dilenyapkan.

Ketiga, Banyak aparat di era Jokowi yang men-sweeping orang yang dicari di masjid, tapi ketika masuk masjid tidak melepad sepatu

Bukankah masjid rumah Allah yang harus dijaga kesiciannya, sehingga adab memasuki masjid harus melepas sepatu.

Keempat, Masih dengan bawahan Jokowi, yaitu Menag Yaqut yang menyamakan suara adzan dengan gonggongan anjing

Adab yang seperti apakah yang menyamakan suara adzan dengan gonggongan anjing. Bunda Mery Lampung yang memprotes ini malah harus masuk penjara (dengan tuduhan membawa anak-anak di bawah 17 tahun)

Kelima, Jokowi kalau bagi-bagi sembako atau kaos sambil dilempar-lempar dari mobil, rakyat harus berebutan

Cara seperti ini sama dengan yang dilakukan Belanda yang menganggap rakyat Indonesia itu orang rendahan. Jokowi ternyata meniru cara-cara Belanda.

Keenam, Ketika kedatangan tamu para demonstran, adabnya ditemui dan dimulyakan, bukan malah ditinggalkan kabur

Padahal yang mau menemui rakyatnya sendiri yang mau menuntut hak. Jokowi itu dipilih rakyat, bukankah harusnya melayani rakyat ?

Itu sekedar contoh saja kalau yang memberi contoh tidak menghargai sopan santun itu Jokowi dan anak buahnya, jadi jangan menuntut rakyat untuk menghormatinya.

Mungkin ini bagian dari “karma” (balasan Allah) atas sikap zalimnya selama ini kepada rakyat. Bagi rakyat memang bisanya cuma melakukan itu (teriak-teriak) Sedangkan bagi Jokowi sebagai penguasa telah melakukan segala kejahatan terhadap rakyat : mulai dari diabaikannya adab dan sopan santun sampai kejahatan terbesar yaitu membunuh jiwa tidak bersalah. Kasus pembantaian sadis di KM 50 yang menewaskan 6 orang laskar FPI yang tidak diproses hukum, pembunuhan rakyat tidak berdosa pada tanggal 21-22 Mei yang menewaskan 9 orang tidak bersalah, terbunuhnya 894 petugas KPPS di Pemilu 2019 secara misterius tanpa proses otopsi, Tragedi Kanjuruhan lebih dari 200 orang yang terkena gas beracun dan terinjak-injak tanpa diproses hukum, belum lagi meninggalnya para ulama yang lurus secara misterius : Syekh Ali Jaber, Tengku Zulkarnaen, Ust. Maher At-Tuwailibi, dll. Habib Rizieq Syihab mengaku sudah mengalami 11 kali upaya pembunuhan, tapi selalu Allah selamatkan. Ini rezim yang sangat kejam, kok bicara soal sopan santun ? Sopan santun itu berlaku bagi pemimpin yang masih menjunjung tinggi agama, adapun kepada pemimpin zalim maka sudah wajar jika mendapat cacian dan makian rakyat.

Orang yang kurang sopan santun itu mungkin dosanya masih di level bawah, dan perbuatan itu pun belum tentu berdosa kalau dilakukan kepada pemimpin zhalim. Tetapi perbuatan menzalimi orang lain, apalagi menzalimi rakyat banyak, ini adalah dosa yang sangat besar dan bisa menjadikan seorang saleh menjadi muflis (bangkrut) di hari kiamat.

Ucapan buruk dilarang, kecuali bagi yang terzalimi.
Firman Allah Ta’ala :

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang terzalimi. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Q.S. An-Nisa :148)

Bahkan Allah pun mengutuk kepada orang yang dzalim.

“La’nat Allah bagi orang-orang zalim” (Q.S. Al-A’raf 44; Hud:18)

Selama negeri ini masih dipimpin oleh orang yang dzalim (seperti Jokowi), dipastikan negeri ini tidak akan ada keberkahan serta terbangunnya kehidupan yang aman, damai, saling menghargai satu sama lain, kebebasan menjalankan agama, hidup rukun, saling sayang menyayangi, dan bahu membahu satu sama lain.

Semoga tahun 2024 terjadi pergantian pemerintahan yang dipimpin oleh orang yang ikhlas, jujur, adil, cerdas, berwibawa, dan mencintai rakyatnya sehingga Indonesia akan menjadi negara yang maju, aman, damai, tenteram, sejahtera, adil, dan makmur.

Bandung, 2 Shafar 1445

Simak berita dan artikel lainnya di Google News