Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, Jokowi dan Ganjar Pranowo bersekutu melawan gerakan perubahan yang disuarakan Anies Baswedan.
“Mega, Prabowo dan Jokowi plus Ganjar, satu dalam temali kepentingan. Senyawa politik jahat dan saling mengikat dalam deal terselubung. Bersekutu melawan arus gerakan perubahan,” kata kritikus Faizal Assegaf kepada redaksi www.suaranasional.com, Sabtu (19/8/2023).
Tak heran, Prabowo dan Gajar berselancar bebas di atas fasilitas negara. Memberi petunjuk pada publik bahwa untuk menjadi presiden bukan karena pilihan rakyat, tapi intervensi kekuasaan.
“Dan sangat menyakitkan hati rakyat, modus curang itu ditegaskan oleh politik cawe-cawe Jokowi. Jelas busuk dan tidak adil. Tapi bagi Mega, Prabowo dan Ganjar adalah keberuntungan,” jelasnya.
Lebih dari dua dekade, kata Faizal, Megawati dan Prabowo tikus-tikusan di lingkaran kekuasaan. Bermodalkan ketua umum partai, tampil mengotori ruang publik. Kadang akur, saling ngintip dan bersandiwara.
Tak hanya gombalin rakyat, tapi aset strategis negara jadi taruhan. Mega meninggalkan jejak hitam skandal BLBI ratusan triliun. Sementara Prabowo tak lepas dari bau amis darah dan pengkhianatan.
Di ruang gelap itu, mereka bersatu usung Jokowi – Ahok memimpin DKI Jakarta. Skenario berikutnya Jokowi dan Prabowo seolah beradu di Pilpres 2014 dan 2019. Ujungnya kembali akur.
“Kini Mega dan Jokowi berganti peran menjadi dalang. Bermain drama mengusung Prabowo dan Ganjar ke gelanggang Pilpres 2024. Pura-pura berhadapan, tapi satu kepentingan, menjegal Anies Baswedan,” pungkas Faizal.