Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengambil keuntungan atas pengkhianatan Joko Widodo (Jokowi) kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
“Prabowo menanggung untung dari legacy pengkhianatan Jokowi. PAN, GOLKAR, PKB digiring Jokowi untuk mendukung Prabowo, meninggalkan Ganjar dan PDIP sendirian,” kata Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (14/8/2023).
Kata Khozinudin, dukungan Jokowi kepada Prabowo bisa menjadi balas dendam Mantan Danjen Kopassus itu kepada Megawati yang telah mengkhianati perjanjian Batu Tulis.
“Prabowo bisa saja membatin, inilah saatnya dendam politik ditunaikan. Dari noktah merah darah yang tergores di Batu tulis, yang baru terlampiaskan setelah 4 periode peralihan kekuasaan,” ungkapnya.
Selain itu, Khozinudin mengatakan, ikatan kesetiaan diikrar oleh Mega-Prabowo, mereka maju dalam Pilpres 2004 dengan komitmen pada Pilpres selanjutnya, PDIP mendukung Prabowo maju sebagai Capres. Janji suci itu diijab-qabulkan di Batu Tulis, Bogor.
“Namun sayang, pasangan Mega-Pro keok. Mega memang hanya bernasib sebagai Presiden limpahan Gus Dur. Mega tak punya takdir menjadi Presiden ikhtiar sendiri. SBY, menteri Mega kala itu mengalahkan mantan atasannya dan menjadi Presiden pertama hasil Pilpres langsung,” jelasnya.
2014 Pilpres kembali digelar, Prabowo menagih janji suci. Untuk meminta PDIP mendukungnya menjadi Presiden.
“Alih-alih menepati janji, Mega justru mengusung Jokowi. Prabowo dikhianati dua kali, tidak didukung PDIP sekaligus dikhianati Jokowi, yang telah diangkatnya dari lembah Solo hingga ke puncak karir menjadi Gubernur DKI Jakarta,” ungkapnya.
Pada Pilpres 2024, justru PDIP dikhianati Jokowi dengan bergabunganya PAN, Golkar ke Prabowo. “Golkar dan PAN bergabung ke Prabowo tak lepas peran Jokowi,” pungkasnya.