Karya Tulis Amil Zakat

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Tulisan merupakan perwakilan gagasan. Dalam konteks amil zakat, gagasan yang tertuang dalam bentuk tulisan menunjukkan karakter seseorang yang diberi amanah dalam mengelola Rukun Islam keempat itu.

Semakin sistematis dalam menulis, maka seorang amil semakin mampu mengendalikan banyak informasi dan gagasan dalam logika yang runtut dan teratur. Sebaliknya, semakin kacau logika yang tertuang dalam sebuah tulisan, dipastikan bahwa seorang amil tersebut mengalami disorientasi gagasan. Ia kesulitan menyerap informasi dan fakta yang bergerak amat dinamis di lingkungaan internal dan eksternal dirinya.

Dengan menulis, para amil menebarkan gagasan dan ide-ide pada masyarakat luas. Banyak atau sedikit yang membaca tulisan kita, itu juga bukan urusan penting. Dipuji atau tidak tulisan kita, itu bukan tujuan utama. Yang esensial justru kita terus belajar dari lingkungan sekitar.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa tak banyak produksi tulisan yang dibuat sendiri oleh para amil zakat? Jawabannyaa bisa kita tilik ke belakang. Pertama, para amil rata-rata lebih menyukai pekerjaan di dunia kesunyian. Kedua, memang tak banyak para amil yang bisa berbagi waktu untuk menuliskan banyak hal tentang dunia yang digelutinya. Sedikit jumlahnya para amil yang mampu memaksakan diri untuk bercerita lewat tulisan-tulisannya mengenai dunia amil dengan seluruh perasaan, pengetahuan dan pengalaman yang ia miliki.

Penulis percaya, banyak para amil yang sesungguhnya bisa menulis dengan baik tapi mereka beralasan terbatasnya waktu dan kesempatan yang ada sehingga tidak bisa melaksanakannya.

Sebagian amil tidak menulis karena takut jatuh ke perbuatan riya’ atau pamer amal. Mereka yang beralasan riya’, untungnya, berjumlah tak banyak. Dalam amatan penulis, alasan paling banyak seorang amil tidak menulis karena mereka tak punya bekal keterampilan yang memadai.

Kiranya perlu ada dorongan dan motivasi yang kuat untuk para amil agar bisa bercerita terkait kehidupannya. Walau aktivitasnya di ruang kesunyian, para amil justru bisa menginspirasi banyak orang untuk terlibat membantu sesama. Biarlah amal-amal baik sebagai amil laksana bekerja di kedalaman bumi yang hampir tak tersentuh beragam publikasi dan sorotan media, namun setidaknya publik punya kesempatan untuk memahami bagaimana dunia amil berperan dalam mengubah dan mendorong kaum dhuafa agar dapat bangkit dan memperbaiki kehidupannya.

Secara perlahan, keterampilan menulis bagi amil harus jadi mandatory, melekat sebagai keterampilan dasar agar ia tak punya alasan tidak ada waktu dan kesempatan untuk belajar. Menulis mungkin buat sebagian orang tak mudah dan perlu banyak latihan. Dengan mengetahui manfaat menulis bagi seorang amil, diharapkan mereka bertekad untuk terus berlatih dan menuangkan pikiran serta pengalamannya ke dalam sebuah tulisan.