Demokrat (Hampir) tidak Mungkin Bersatu dengan PDIP

Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)

Pertemuan Puan dari PDIP dengan AHY dari Demokrat mengundang banyak interpretasi. Dari kubu PDIP dan rezim Jokowi pasti berusaha menghembuskan wacana tentang keretakan dan ketidaksolidan Koalisi Perubahan. Ujung-ujungnya untuk menggagalkan koalisi perubahan agar Anies tidak bisa nyapres sehingga memudahkan bagi Ganjar untuk meraih tiket RI-1.

Walaupun, dengan mundurnya Demokrat belum tentu Anies gagal nyapres.

Membaca dari sikap SBY terhadap pertemuan itu sebenarnya sudah bisa disimpulkan tentang hasil dari pertemuan kedua tokoh itu. Rocky Gerung mengistilahkan hasil dari pertemuan itu dengan kalimat : Bertemu tapi tidak bisa bersatu

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon bahwa masing-masing partai, baik PDIP maupun Demokrat memahami telah memiliki capres masing-masing. Demokrat telah terikat dengan Capres Anies Baswedan dan PDIP dengan Capres Ganjar Pranowo.

Walaupun PDIP memang berusaha membangun koalisi dengan Demokrat sekaligus bermaksud “meminang” AHY jadi Cawapres Ganjar, tetapi melihat konsistensi dan kesetiaan AHY selama bergabung dengan koalisi perubahan, dikuatkan dengan pernyataan SBY yang hanya menjadikan pertemuan itu sebagai silaturahmi yang jika niatnya baik akan membawa kebaikan, dapat disimpulkan bahwa Demokrat tidak akan melangkah terlalu jauh yang akan membuat keretakan koalisi perubahan. Hampir dapat dipastikan pinangan Puan terhadap AHY akan bertepuk sebelah tangan.

Paling tidak ada 5 alasan kalau Demokrat tidak akan berkoalisi dengan PDIP :

Pertama, AHY termasuk orang komit terhadap janji dan ucapannya bisa dipercaya

Sudah berulang kali godaan dan rayuan terhadap Demokrat dari pihak rezim Jokowi baik melalui Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar atau yang lain untuk meninggalkan koalisi perubahan, tetapi AHY tetap teguh pada pendiriannya. Muhaimin menyebut AHY imannya kuat

Kedua, Kedekatan AHY dengan Anies Baswedan tidak mungkin akan dikhianati begitu saja

Sebagai seorang ksatria dan mantan militer yang masih berjiwa Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, tidak akan menjadi seorang pengkhianat seperti banyak purnawirawan yang bergabung dengan rezim Jokowi yang telah melenceng dari jiwa korsanya.

Ketiga, SBY dengan Megawati sampai saat ini belum tampak berbaikan, terutama Megawati yang sepertinya masih menyimpan dendam dengan SBY

Sikap Permusuhan itu ditunjukkan Megawati yang masih tidak mau bersalaman dengan SBY, sama halnya Mega belum mau bersalaman dengan Surya Paloh. Bahkan empat bulan lalu Mega dengan sombongnya mengatakan bahwa PDIP menutup diri berkoalisi dengan Demokrat.

Keempat, Baik SBY maupun AHY menangkap gelagat yang tidak baik dari PDIP yaitu untuk memecah belah koalisi perubahan dan penjegalan terhadap Anies Baswedan

Sebagaimana upaya yang telah dilakukan rezim Jokowi yang terus menerus ingin menjegal Anies, PDIP yang mengusung Ganjar sebagai capresnya, hampir dipastikan ada intervensi oligarki taipan yang tidak menginginkan Anies maju sebagai capres.

Kelima, Bisa jadi PDIP tidak percaya diri dengan elektabilitas Ganjar yang sangat rendah di bawah 20% dan tidak beranjak sehingga untuk mendongkrak elektabilitaa Ganjar

Tapi opsi ini hampir tidak mungkin terjadi, karena elektabilitas Ganjar dipasangkan dengan siapa pun akan tetap rendah karena sudah distigmakan oleh masyarakat sebagai Gubernur gagal, tidak berprestasi, terjerat korupsi, dan hobi nonton video porno. Jika AHY berpasangan dengan Ganjar, maka reputasi AHY lah yang bakal hancur. Sehingga AHY tidak akan mau menjadi cawapres Ganjar.

Jika AHY tetap berkomitmen untuk selalu bersama koalisi perubahan dengan mengusung Anies adalah sebuah keputusan yang tepat. Karena Anies adalah satu-satunya capres masa depan yang akan membawa Indonesia gemilang, maju, adil, makmur dan, berwibawa.

Bandung, 24 Dzulqadah 1444