Peluang Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menang di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 sangat kecil karena belum menuntaskan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
“Prabowo harus kembali menjelaskan duduk persoalan Isu pelanggaran HAM yang dituduhkan kepadanya. Kalau hal itu tidak dituntaskan, maka peluangnya untuk menang pada Pilpres 2024 tampaknya akan kecil,” kata pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (7/5/2023).
Upaya menyudutkan Prabowo dengan Isu pelanggaran HAM itu termasuk kampanye negatif, bukan kampanye hitam. Karena itu, kampanye negatif pada umumnya dilandasi oleh fakta dan data yang akurat.
Sementara kampanye hitam tanpa didasari oleh fakta dan data yang akurat. Karena itu, kampanye hitam cenderung mengarah pada fitnah yang bertujuan untuk menghancurkan reputasi seseorang.
“Serangan terhadap Prabowo terkait Isu pelanggaran HAM memang kerap dalam rana abu-abu. Karena itu, pelaku yang menyerang sulit ditindak secara hukum,” jelasnya.
Kata Jamiluddin, upaya menyerang Prabowo disaat mendekati Pilpres memang terkesan mengabaikan etika politik. Isu itu sengaja dipelihara untuk diluncurkan disaat yang tepat.
“Pihak-pihak yang menyerang Prabowo memang tak menginginkan kasus Isu pelanggaran HAM itu tuntas. Bagi mereka Isu itu dibiarkan mengambang untuk menyandera Prabowo secara politis,” pungkasnya.