Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Ada yang mengatakan, penguasa negeri ini cuma dua orang, yaitu Luhut dan Sri Mulyani. Kedudukan Jokowi sendiri selain hanya sebagai boneka, juga sebagai sumber masalah di Indonesia.
Tentang Luhut, Rakyat banyak yang heran dengan kedudukannya yang sangat super power melebihi Jokowi. Di hadapan Luhut Jokowi itu seperti orang bodoh dan lingkung, maka wajar kalau Luhut harus memegang 27 jabatan. Sehingga Luhut tampak sok jagoan, ingin menguasai segalanya sehingga dijuluki Menteri Segala Urusan
Tapi ternyata, pada akhirnya Luhut adalah seorang yang gak becus urus negara. Semuanya berantakan. Di tangan Luhut seolah segalanya ingin dibisniskan dan yang bermain hanya segelintir orang. Rakyat sendiri hanya dijadikan objek yang terus diperas dan dihisap darahnya. Yang diperjuangkan Luhut hanya China China dan China. Orientasinya sudah China minded, orang menyebut Luhut sebagai budaknya China. Tapi ternyata, China cuma rentenir jahat yang ingin “mencaplok” dan menjebak dan menjerat Indonesia.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang kegunaannya hanya untuk orang-orang kaya dan akan mematikan kereta rakyat (Argo Parahyangan), ternyata hanya proyek ambisius Jokowi yang hanya menguntungkan China. Proyek KCJB sekarang sudah jadi proyek hantu penghisap darah. Proyek ini sangat mengancam kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Semua proyek di rezim Jokowi telah mengorbankan kepentingan rakyat. Bukan saja hutang berbunga yang sangat tinggi yang tidak terbayar secara normal, tapi juga telah “merampas” berbagai dana simpanan: dana haji, BPJS, asabri, tunjangan hari tua, dan berbagai dana simpanan lain dengan alasan untuk infrastruktur.
Dengan kondisi negara yang hampir collaps dan proyek-proyek banyak yang mangkrak, bagaimana mungkin pemerintah bisa mengembalikan semua dana-dana itu ?
Belum lagi proyek “halusinasi” IKN yang terlampau banyak masalah, yang sumber danya selain mengandalkan hutang berbunga ke China ya dengan cara menghisap darah rakyat lagi melalui APBN dan kenaikan harga-harga (BBM dan pajak). Sedangkan kegunaan IKN *bukan untuk rakyat Indonesia, tapi untuk tempat tinggal para TKA China dan akan dijadikan Indochina Proyek itu sekarang sudah mengganggu APBN. Sedangkan APBN diperuntukkan untuk rakyat.
Luhut harus bertanggung jawab atas (kegagalan) semua itu. Sikap sok jagoannya sekarang jadi bumerang dan sudah kena batunya, dengan penolakan China untuk memperingan bunga yang hampir 4% dan ingin minta jaminan APBN. Kok begitu mudahnya akan mengutak-atik APBN. Memangnya KCJB bisa dipastikan menguntungkan dan terbebas dari kecelakaan ? Kalau pun akan untung, mungkin 100 tahun kemudian baru balik modal, sedangkan Luhut dan Jokowi pasti sudah “modyar”. Siapa yang akan menanggung beban hutang ke China? Menganalisa dari sisi KCJB ini saja Luhut dan Jokowi adalah seorang yang sangat ambisius, tamak, bodoh dan tidak punya perhitungan matang.
Di tangan Luhut negara dipastikan akan hancur. Ditambah lagi dengan peran “si ratu hutang” Sri Mulyani yang mampunya hanya pandai bikin kreativitas (menaikkan) pajak rakyat jelata tapi membiarkan uang pajaknya jadi bancakan para pejabat korup.
Di bawah Sri Mulyani semua lembaga di bawah Kemenkeu menjadi sarang korupsi. Bahkan korupsi telah menjalar ke semua lembaga pemerintah. Hampir semua pejabat telah jadi tikus-tikus yang menggerogoti padi di dalam lumbung. Akibat korupsi yang jor-joran rakyat lagi yang jadi korban. Tapi hukum tidak bisa menjerat para koruptor. Seperti negeri barbar yang tanpa aturan hukum.
Belum lagi gara-gara impor barang yang tidak bisa dikendalikan, semua produksi dalam negeri hampir pada gulung tikar karena tidak bisa bersaing harga dengan produk impor.
Sekarang sudah terjadi kenyataan yang sangat miris. Di tengah-tengah krisis ekonomi yang makin parah, ketika rakyat sangat membutuhkan uang untuk lebaran, tapi yang terjadi malah PHK besar-besaran. Pabrik-pabrik lokal semuanya terancam gulung tikar. Sekarang di hampir semua industri telah mem-PHK lebih dari 50% pekerjanya. Ini gara-gara tidak ada proteksi produk dalam negeri.
Jadi, Luhut dan Sri Mulyani adalah biang kerok kehancuran negeri ini. Negeri ini sudah hancur, sudah tidak ada harapan lagi menjadi baik jika para pimpinan dan pejabat rezim ini tidak segera diganti. Rezim Jokowi sudah tidak mungkin lagi memperbaiki negeri ini, karena pejabatnya sudah tidak waras, bodoh, tamak, korup, dan tidak bermoral.
Kalau mereka masih waras pasti sudah mundur, karena sudah tidak bisa memberikan kebaikan lagi bagi rakyat dan negara. Satu-satunya cara menggusur mereka adalah people power atau revolusi biar mereka sadar bahwa tindakan mereka itu sudah gagal dan salah arah yang menyebabkan kehancuran negeri ini.
Wallahu a’lam
Bandung, 24 Ramadhan 1444