Politikus Gerindra Ferdinand Hutahaean menilai Kakek Anies Baswedan, Abdurrahman Baswedan (AR Baswedan) tidak mempunyai jasa dalam memperjuangan bangsa Indonesia.
“Dalam sidang BPUPKI tidak menemukan perjuangan yang dilakukan kakeknya Anies Baswedan kecuali memohon golongan arab totok dan keturunan dimasukkan sebagai warga negara dalam pembahasan UUD 45,” kata Ferdinand dalam video yang beredar.
Ferdinand menilai, menjelang Pilpres 2014, ada orang asing dianggap mempunyai jasa dalam memperjuangkan bangsa Indonesia.
“Sekarang menjelang Pilpres 2024 memakai isu ini untuk mendukung orang asli, melecehkan Indonesia asli yang pernah menghunus pedang untuk memerdekaan Indonesia,” paparnya.
Ia mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menghargai suku asli penghuni nusantara yang berjuang dalam kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Indonesia merdeka karena leluhur bangsa suku asli penghuni nusantara. Banggakan para leluhur, orang-orang pribumi,” jelas Ferdinand.
Dikutip dari Wikipedia, AR Baswedan ikut menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), di sinilah A.R. bersama para pendiri bangsa lainnya terlibat aktif menyusun UUD 1945. Setelah Indonesia merdeka, A.R. Baswedan menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Perjuangan A.R. Baswedan berlanjut di republik baru. Bersama dengan Haji Agus Salim (Menteri Muda Luar Negeri), Rasyidi (Sekjen Kementrian Agama), Muhammad Natsir dan St. Pamuncak, A.R. Baswedan (Menteri Muda Penerangan) menjadi delegasi diplomatik pertama yang dibentuk oleh negara baru merdeka ini.
Mereka melobi para pemimpin negara-negara Arab. Perjuangan ini berhasil meraih pengakuan pertama atas eksistensi Republik Indonesia secara de facto dan de jure oleh Mesir.
Lobi panjang melalui Liga Arab dan di Mesir itu menjadi tonggak pertama keberhasilan diplomasi yang diikuti oleh pengakuan negara-negara lain terhadap Indonesia, sebuah republik baru di Asia Tenggara.
A.R. Baswedan sendiri pernah ditahan pada masa pendudukan Jepang (1942). Saat Indonesia merdeka, ia mengorbankan keselamatan dirinya saat membawa dokumen pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Mesir pada 1948.
Dia mendapatkan gangguan dan hambatan tak sedikit dalam menjaga dokumen ini. Padahal, semua bandara di kota-kota besar, termasuk Jakarta, sudah dikuasai tentara Belanda dan Sekutu dan tidak ada yang bisa lewat dari penjagaan mereka. Tapi, berkat kelihaian dan kenekatannya, dengan menaruhnya di kaos kaki dokumen penting dari Mesir itu bisa selamat dan Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai negara merdeka secara penuh, secara de jure dan de facto.