Rezim Joko Widodo (Jokowi) diduga melakukan pembunuhan karakter terhadap Anies Baswedan melalui para buzzer di media sosial (medsos). Pembunuhan karakter ini tidak lepas semakin tinggi elektabilitas dan dukungan terhadap Anies Baswedan.
“Ada dugaan pemerintah terus bermanuver mempertahankan kekuasaannya sembari terus melakukan pembunuhan karakter dan pembusukan terhadap Anies,” kata mantan Presidum GMNI Yusuf Blegur dalam pernyataan kepada redaksi www.suaranasional.com, Ahad (12/2/2023).
Mengetahui dan menyadari Anies tak terbendung karena gelombang dahsyat dukungan rakyat, kata Yusuf, rezim putus asa dan semakin frustasi menyongsong pilpres 2024. Tak cuma hari ini, besok atau lusa dan hingga pelaksanaan hajat demokrasi paling krusial dalam menentukan masa depan NKRI, Anies terus menguat dan diyakini terpilih menjadi presiden.
“Energi rakyat menyongsong perubahan pada figur Anies, menjadi anti klimaks dari ketidakmampuan, kegagalan dan distorsi rezim kekuasaan dalam penyelenggaraan negara selama hampir 2 periode ini,” jelasnya.
Anies kini semakin memikat, dicintai rakyat dan menjadi simbol harapan dan gerakan perubahan. Capres yang diusung Partai NasDem, Demokrat dan PKS itu, bukan saja sebagai antitesis rezim dan figur transformatif terhadap keboborkan negara dan bangsa. Behavior sarat intelektual dan kaya kesantunan ini, berangsur-angsur menjelma menjadi motor penggerak perubahan sistem dan kemajuan peradaban negeri.
Yusuf mengatakan, antusias dan euforia rakyat pada Anies di tengah berlangsungnya pseudo demokrasi, tidak serta merta membuat pemerintah mampu melakukan refleksi dan evaluasi kebangsaan. Alih-alih menyadari kejahatannya, bertaubat dan berjiwa besar mengutamakan kepentingan rakyat serta negara bangsa Indonesia.
“Pemerintah justru malah bertambah keblinger, sontoloyo dan semakin bejad. Semua pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai personal maupun sebagai bagian dari sistem semakin amburadul. Bukan hanya penghianatan dan melakukan kejahatan terhadap Pancasila dan UUD 1945, rezim juga menjadi sangat berbahaya bagi kehidupan rakyat dan masa depan NKRI,” tegasnya.
Syahwat kekuasaan dan nafsu jabatan yang kesetanan, kata Yusuf membuat rezim semakin kalap dan mengkodok buta menghalalkan segala cara demi terus bertahan menguasai republik demi kepentingan oligarki, kelompok tertentu, sekaligus pribadi dan keluarga.
Rakyat terus menumbuhkan, mengembangkan dan memelihara basis dukungannya terhadap Anies. Agregasi dan akumulasi gerakan partai politik, relawan dan dunia usaha terus mengawal, mengiringi dan menghantarkan Anies menduduki kursi nomor satu di Indonesia.
“Rezim beserta ternak-ternak oligarki tak bisa berbuat apa-apa, meski mengenggam kekuasaan dengan kekuatan uang dan aparat serta bisa menggerakan institusi negara sesuka hatinya. Dalam kekalutan dan ketakutannya, kekuasaan menemukan jalan buntu,” pungkasnya.