Gempa Politik di Istana

Setelah PKS memastikan dukung Anies dan menyusul KIB (Kuning, Ijo Biru) terasa seolah ada gempa politik 7 skala Richter. Dari sekitar 25 % anggota DPR yg tergabung, mungkin setelah pileg bisa menjadi diatas 50%. Gempa susulan terjadi setelah Denny Indrayana bicara di video dan puncaknya setelah ada Direktur Penuntutan, Fitroh Rohcahyanto mundur konon kabarnya akibat tekanan Firli Bahuri, Ketua KPK untuk menyeret Anies ke tahanan.

Kaget campur panik menyerbu Istana, Istana yang tadi pegang kendali bertahap lepas kendalinya. Sebentar lagi diperkirakan ada lagi partai yang bergabung dengan sekber Nasdem, Demokrat dan PKS. Akibatnya penyusunan strategi menjegal Anies harus dimulai dari nol lagi. Kayaknya oligarki yang selalu menang dengan kekuatan uangnya, harus berpikir ulang, jika mau berlanjut tinggal di Republik ini.

Jika ijtima Ulama, menyatakan mendukung Anies (walau belum tentu), kekuatan gempa virtual bisa naik ke level 8.5 skala Richter yang sangat menghancurkan. Pembentukan image negatif seperti masalah janji nyapres dan hutang 50 M ternyata mudah dipatahkan, karena kenyataannya tidak seperti itu.

Prediksi RG, Anies bakal didukung oleh 80% rakyat Indonesia, rasanya tidak berlebihan. Lintas golongan, daerah, agama maupun ras mendukung Anies. Sisanya ya itu yang tidak ingin ada perubahan.

Ada yang aneh dengan rejim yang dipimpin oleh Jokowi ini, setiap ada orang yg lurus termasuk Ulama dan Jendral, anti komunis, anti penjajahan selalu dijadikan musuh. Bahkan sampai ada tim Satgasus dan buzzer segala, jadi niat mengelola negara dengan baik diragukan juga. Contohnya para Ulama, pejuang demokrasi, pejuang kebenaran telah masuk penjara dengan berbagai alasan.

Terakhir AB yang dicalonkan oleh rakyat dan 3 partai juga dianggap musuh dan ditarget dijebloskan ke penjara. Apakah ini berarti Jokowi dan rejim ini merupakan rejim terpapar komuniskah, atau antek penjajah bangsakah, atau penganut Islamphobiakah ? Tapi anehnya banyak juga parpol dan bahkan anggota DPR yang kompak bersama rejim. Artinya baik eksekutif, legistatif bahkan yudikatif pynya karakter yang sama. Semoga analisis ini tidak benar adanya.

Bandung, 6 Januari, 2023
Memet Hakim
Pengamat Sosial

 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News