Kajian Politik Merah Putih: Di Era Jokowi, Oligarki Menyerobot Kedaulatan Rakyat dan Negara

Kedaulatan rakyat dan negara di era Rezim Joko Widodo (Jokowi) telah diserobot oligarki. Kelompok oligarki ini mengatur negara termasuk mengendalikan undang-undang.

“Hilangnya kedaulatan rakyat dan negara. Kedaulatan rakyat habis tak tersisa diserobot menjadi kedaulatan oligarki. Presiden, lembaga perwakilan rakyat, lembaga negara dan partai politik sudah menjadi lame duck,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Jumat (13/1/2023).

Kata Sutoyo, segala kebijakan, tindakan dan perilaku penyelenggara negara bukan lagi berbasis nilai (konstitusi, hukum, norma-etika) melainkan mengikuti apa kemauan penguasa dan oligarki

Pada titik habituasi rakyat mengatakan sistem dan bentuk pemerintahan menjadi tidak penting asal masih ada keadilan, kejujuran dan kebijakan ( just – fair – wise ) untuk rakyat.

“Lebih baik negara kembali ke sistem kerajaan dari pada system pemerintahan demokrasi yang sudah dikorupsi dan direkayasa (corrupted democracy), oleh kekuasaan saat ini. Bentuk negara Pancasila sudah dibuldoser menjadi kapitalis,” jelas Sutoyo.

Indonesia terkooptasi atau terjajah oleh neo kolonialisme baru sebagai representasi kepentingan asing dengan menggunakan rejim sebagai proxy imperialisme.

Kondisi obyektif Indonesia itulah mau tak mau memaksa harus memilih dan atau menentukan pro status quo (terjajah) atau pro perubahan (merdeka).

“Keadaan tidak perlu lagi memerlukan diskusi berhari hari tentang kondisi saat ini ketika Indonesia telah terkapar sekarat, membutuhkan pertolongan darurat tidak dengan cara normal tetapi perlu cara cara lintas normal,” jelasnya.

Kata Sutoyo, pilihannya pro perubahan harus bergerak cepat berjuang bersama untuk menolong Indonesia dalam kondisi sekarat atau serangan status quo yang dengan paksa akan membunuh Indonesia.

Penyelamatan kondisi obyektif Indonesia yang sedang sekarat peluangnya teramat sangat sempit, alokasi waktu yang tersedia bukan hitungan tahun melainkan bulan.

“Ketika terlambat melangkah maka mau tak mau harus rela menerima kemenangan oligarki atas Indonesia, meratapi kekalahan perjuangan pembebasan Indonesia. Kita beserta anak-cucu-cicit terpaksa harus rela terjajah entah sampai kapan,” jelasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News