Segelintir orang melakukan demonstrasi menolak kedatangan Anies Baswedan di Solo merupakan bagian operasi intelijen untuk penggiringan opini mantan Gubernur DKI Jakarta tidak disukai di wilayah asal Presiden Jokowi.
“Operasi intelijen beginian sudah ketinggalan jaman. Anies itu dipuji tidak terbang, dihina tidak tumbang. Masyarakat Solo Raya pasti semakin simpatik sama Anies,” kata Eks Sekjen Projo Guntur Siregar kepada redaksi www.suaranasional.com, Senin (26/12/2022).
Guntur menilai ada aktor yang meminta segelintir orang melakukan unjuk rasa menolak kedatangan Anies di Solo. “Dilihat dari yang demo hanya 10 dan durasi aksinya cuman 10 menit. Itu pasti ada yang suruh,” paparnya.
Anies datang ke Solo, kata Guntur karena menghadiri pernikahan anak temannya sewaktu sama-sama kuliah di UGM. “Padahal tuan rumahnya Pak Lukman teman kuliah Anies di UGM. Demo itu sih sifat kecemburuan aja, karena Anies semakin populer di mata rakyat Indonesia,” jelas Guntur.
Kata Guntur, masyarakat Solo tidak akan terpengaruh demo yang dilakukan segelintir orang yang mendeskreditkan Anies Baswedan. “Rakyat Solo sudah cerdas dalam menghadapi pemilihan presiden 2024,” ungkap Guntur.
Sebelumnya segelintir orang yang menamakan diri sebagai Masyarakat Solo Raya menggelar aksi demo menolak kedatangan Anies Baswedan di Kota Solo. Anies hari ini dikabarkan berkunjung ke Kota Solo untuk menghadiri acara pernikahan anak salah satu temannya.
Aksi penolakan itu dilakukan dengan membentangkan poster bernada penolakan di tepi jalan sekitar kawasan exit tol Klodran.
“Menurut kami, Anies Baswedan telah memberikan contoh buruk bagi demokrasi di Indonesia. Dia melakukan kampanye terselubung di berbagai daerah dengan kedok safari politik,” kata Koordinator Lapangan Aksi, Krisna, Ahad (25/12/2022) dikutip dari detik jateng.
Dalam aksinya, mereka membentangkan poster bertuliskan ‘Tolak Kampanye Terselubung Anies Baswedan’, ‘Wong Solo Tolak Anies Baswedan’, ‘Anies Baswedan, Bapak Politik Identitas, Tolak’ dan beberapa poster lainnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Anies Baswedan itu harusnya mendapat ‘kartu merah’ lantaran telah mencuri start. Sehingga, membuat iklim demokrasi di Indonesia menjadi tidak sehat.
Sebab, Anies kerap melakukan kunjungan ke sejumlah daerah di Indonesia mulai dari Jawa Barat, Sumsel, Papua bahkan pernah mengunjungi tokoh agama di Kota Solo.
“Ini dapat merusak demokrasi Bangsa Indonesia. Belum apa-apa, sudah mencuri start duluan,” pungkasnya.