Ngeri, Pengamat Sosial: Reformasi Polri, Ada Perlawanan Internal di Kepolisian

Reformasi kepolisian mendapat perlawanan di internal Polri. Kelompok status quo tidak menginginkan perubahan Polri menjadi lebih baik.

“Adanya konflik internal dan ada perlawanan arus yang tidak siap atas perubahan ini,” kata pengamat sosial Memet Hakim kepada redaksi www.suaranasional.com, Jumat (21/10/2022).

Menurut Memet, pemahaman menjadi polisi tidak boleh hidup bermewah-mewahan harus ditanamkan setiap anggota korps Bhayangkara termasuk saat menempuh pendidikan.

“Luruskan aja niat bersama para pimpinan polri untuk memperbaiki perilaku polisi yg tidak baik*, seperti misalnya budaya setor, menjadi pelindung judi, narkoba, prostitusi, bisnis penerapan pasal-pasal hukum, pungli, pemerasan, dll. Kemudian ikrar meluruskan niat bersama, kemudian diikuti oleh seluruh lapisan polri,” jelasnya.

Untuk memperbaiki kepolisian, kata Memet, Kompolnas, perlu dikembangkan menjadi ada di setiap propinsi (kompolda), di Kabupaten (Kompolkab/kot), di Kecamatan (Kompolcam) dan di Desa (Kompoldes).

“Para pengawas polisi ini terdiri dari tokoh atau anggota masyarakat setempat. Seluruh Kompol tidak dibayar,” jelasnya.

Melakukan operasi simpatik sangat membantu pembangunan citra kepolisian. Misalnya saja membebaskan para tahanan politik, operasi lalu lintas menjadi operasi pembinaan bukan penindakan, menjaga keamanan peserta demo tanpa senjata, gas air mata dan sniper.

“Hasil survei per 17.10.2022 menunjukkan sebanyak 84 % polisi yang bertugas lebih diinginkan tanpa senjata dan 14 % yg setuju komandannya saja yang pegang pistol dari 152 responden. Jika polisi terus membuat kegiatan negatif seperti menangkap orang-orang yg tidak disukai penguasa, membiarkan pengawalan berlebihan pada pejabat saat macet, sungguh membuat banyak orang kesal dan muak. Hasilnya akan membuat citra buruk,” tegasnya.

Polisi harus mencoba merangkul seluruh kekuatan rakyat untuk membantu tugas kepolisian. Memang tidak mudah tapi rakyat menunggu hasil sidang kasus-kasus yang sedang menimpa oknum polisi dan perlakuan polisi yg masih tidak adil.

“Kasus KM50, Kanjuruhan, FS, semua mendapat sorotan rakyat banyak. Sejarah akan mencatat reputasi seorang Listyo Sigit Prabowo, sebagai Kapolri yang berhasil atau tidak,” pungkas Memet.