Bila Usung Ganjar Pranowo, PAN dan PPP Diprediksi Game Over di Pileg 2024

Oleh: Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)

Prediksi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri-dari Golkar, PAN dan PPP tidak akan berumur panjang. Pada waktunya koalisi yang lebih pas disebut koalisi ‘ruislag’ atau ‘tukar guling’ ini akan bubar. Disebut koalisi ‘ruislag” karena barter dukungan dengan pos menteri kabinet Jokowi-Ma’ruf. Justru PAN dan PPP terkesan hanya ‘dimanfaatkan’ oleh kepentingan kelompok politik tertentu.

PAN dan PPP akan rugi besar bila tetap berada di KIB. Rumor yang berkembang, KIB dipersiapkan sebagai kendaraan politik Ganjar Pranowo dan Erick Thohir untuk Pilpres 2024. Nah loh!

Ada beberapa alasan mengapa PAN dan PPP bakal game over bila nekad mendukung Ganjar Pranowo dan Erick Thohir:

Pertama, Basis massa PAN dan PPP berbeda dengan basis massa Ganjar Pranowo dan Erick Thohir. Walaupun akhir-akhir ini Erick Thohir sering bersorban dan berpeci putih. Keluar masuk pesantren. Tidak akan berpengaruh secara electoral bagi PAN dan PPP yang berbasis massa Islam.

Diprediksi PAN dan PPP tidak akan mendapatkan pengaruh efek ekor jas (coat-tail effect) bila tetap berada di KIB. Bahkan PAN dan PPP akan ditinggal oleh pemilih, simpatisan dan pendukungnya. Lain ceritanya bila KIB mendukung Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden. PAN, PPP dan Anies Rasyid Baswedan ibarat tiga serangkai yang saling menguatkan.

Kedua, ‘Perjudian’ PAN dan PPP berisiko tinggi bahkan nyaris tanpa perhitungan bila mendukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Ganjar Pranowo jelas bakal diuntungkan bila didukung PAN dan PPP. Sebaliknya, PAN dan PPP tidak mendapatkan keuntungan electoral sama sekali kecuali keuntungan materi dan menteri. Bahkan suaranya bakal tergerus di Pileg 2024.

Ketiga, PAN dalam bayang-bayang Partai Ummat besutan pendiri PAN, Amien Rais dan Partai Pelita pimpinan M Din Syamsuddin. Dua mantan Ketua Umum Muhammadiyah ini dan tokoh yang masih punya pengaruh cukup kuat di Muhammadiyah. Basis massa PAN dari Muhammadiyah akan hijrah ramai-ramai ke Partai Ummat dan Partai Pelita. Tidak menutup kemungkinan PKS mendapatkan limpahan suara PAN yang tidak terakomodir di Partai Ummat dan Partai Pelita.

Demikian pula dengan PPP. Pemilih PPP banyak beririsan dengan pemilih PKB, Golkar dan PKS. Sikap politik PPP andai berlanjut mendukung Ganjar Pranowo akan game over di Pileg 2024. Duh kejamnya politik.

Keempat, PAN dan PPP saat ini berada di posisi parliamentary threshold kritis. Suara PAN bakal tergerus dengan hadirnya Partai Ummat dan Partai Pelita. PAN yang memiliki parliamentary threshold 6,84% dan PPP hanya tersisa 4,52% buah PPP mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Diprediksi PAN dan PPP bakal gagal lolos ke DPR bila tetap mendukung Ganjar Pranowo. Alasannya sederhana; Ganjar Pranowo tidak memberikan efek electoral bagi PAN dan PPP. Ganjar dikenal kader partai merah. Sementara PAN dan PPP basis massanya ijo royo-royo. Pileg 2019 harus menjadi pelajaran bagi PAN dan PPP.

Akankah PAN dan PPP mempertaruhkan nasibnya tujuh tahun ke depan dengan mendukung Ganjar Pranowo dan Erick Thohir? Jawabannya tentu di pertengahan tahun 2023. Tidak menutup kemungkinan demi keselamatan PAN dan PPP di Pileg 2024 akan melabuhkan dukungannya pada Anies Rasyid Baswedan.

Wallahua’lam bish-shawab

Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor, 19 Dzulqa’dah 1443/19 Juni 2022