Pengamat terorisme dan radikalisme Islah Bahrawi mengaku sebagai mantan narapidana.
“Saya memang pernah dipenjara. Semua orang tahu, dan saya telah menulisnya berkali-kali. Saya tidak mengkhianati negara. Saya divonis tiga tahun karena dianggap menyalahgunakan wewenang dalam jabatan di dalam kongsi usaha saya sendiri,” kata Islah Bahrawi di akun Instagram miliknya, Ahad (12/6/2022).
Islah Bahrawi mengaku mendapat pelajaran ketika berada di dalam penjara.
“Lalu, apakah karena itu keberanian saya akan menciut? Maaf, justeru dipenjara saya belajar; bahwa rasa takut hanya dimiliki oleh mereka yang tidak mampu mengalahkan dirinya sendiri,” jelasnya.
Islah Bahrawi mengaku masih berhubungan baik dengan kawan-kawan di penjara termasuk sipir.
“Saya dipenjara bukan di ruang hampa; ada pengadilan, ada sipir, ada kawan-kawan di dalam Rutan yang masih berhubungan baik dengan saya hingga hari ini. Semua manusia memiliki jalan takdirnya masing-masing. Kalian salah orang,” papar Islah Bahrawi.
“Saya tidak akan jadi pengecut hanya karena masa lalu itu. Jika kalian ingin membungkam saya, berhentilah kalian jadi penghasut dan membangun kebencian atas nama agama. Sadarilah, bahwa semua manusia diciptakan oleh Tuhan yang sama,” jelasnya.
Berikut ini penjelasan lengkap Islah Bahrawi:
John Fante suatu ketika berkata dalam The Saga of Arturo Bandini, “sebegitu berbahayakah saya sehingga kalian harus menganggap saya sangat berbahaya?” Fante menulis dengan gelegar; “seorang yang berani menulis dan bersuara tentang logika kebenaran, dia telah menempatkan hati dan nyalinya di halaman!”
Bisa jadi sebagian orang merasa lelah menghadapi suara saya dari bilik-bilik digital. Terutama mereka yang merasa kebencian dan permusuhan adalah sikap teologis. Mereka pastinya akan selalu memandang saya dari jendela penuh kecemasan, mereka yang terbiasa mengais untung dengan menghakimi orang lain atas nama Tuhan.
Semakin lama agitasinya mengempis. Hasutannya semakin mudah ditepis. Kadang saya menelanjangi, kadang saya harus berteriak demi kemajemukan bangsa ini. Saya hanya ingin menyadarkan kita semua, bahwa peradaban manusia tidak boleh lagi tertipu oleh jubah-jubah kesucian demi kekuasaan. Bangsa ini tidak boleh lagi dibohongi oleh para pengkhianat yang membajak kesalehan.
Lalu mereka gelisah. Mereka mencari masa lalu saya. Berusaha membungkam dan ingin mengalahkan saya di luar gelanggang. Tanpa mereka sadari, bahwa di mana pun bagi saya adalah ruang pertempuran. Keberanian telah menjadi rajah-rajah yang melekat dengan ruang berfikir saya.
Saya memang pernah dipenjara. Semua orang tahu, dan saya telah menulisnya berkali-kali. Saya tidak mengkhianati negara. Saya divonis tiga tahun karena dianggap menyalahgunakan wewenang dalam jabatan di dalam kongsi usaha saya sendiri. Lalu, apakah karena itu keberanian saya akan menciut? Maaf, justeru di penjara saya belajar; bahwa rasa takut hanya dimiliki oleh mereka yang tidak mampu mengalahkan dirinya sendiri.
Saya dipenjara bukan di ruang hampa; ada pengadilan, ada sipir, ada kawan-kawan di dalam Rutan yang masih berhubungan baik dengan saya hingga hari ini. Semua manusia memiliki jalan takdirnya masing-masing. Kalian salah orang. Saya tidak akan jadi pengecut hanya karena masa lalu itu. Jika kalian ingin membungkam saya, berhentilah kalian jadi penghasut dan membangun kebencian atas nama agama. Sadarilah, bahwa semua manusia diciptakan oleh Tuhan yang sama.