Indonesia Darurat (2) Poros Perubahan akan Musnahkan Oligarki

Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)

Oligarki sudah muncul sebagai penjajah gaya baru. Kedaulatan rakyat sebagai inti kedaulatan  negara, karena rakyat adalah pemilik negara ini sudah diinjak injak seenaknya.

Cita-cita hakiki dari lahirnya negara ini adalah untuk mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, disikat habis menjadi milik sekelompok kapitalis oligarki.

Sejak era Reformasi, khususnya sejak Amandemen Konstitusi tahun 1999 hingga 2002, kedaulatan rakyat lumpuh total. Berubah menjadi kedaulatan prosedural dan kedaulatan seremonial melalui Pemilu, dengan kendali oligarki

Amandemen dengan dalih untuk memperkuat sistem presidensiil dan memperkuat posisi perlemen, khususnya DPR RI, hanya sulapan dengan kekuatan hipnotis mengubah konsep kedaulatan yang seharusnya: Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat. Menjadi: Dari Rakyat, Oleh Partai Politik, dan Untuk Oligarki.

Amandemen yang sudah menyimpang jauh dari apa yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini, harus dihadapi  dengan  tegas, setelah peringatan melalui jalur konstitusi kandas .

Koreksi terhadap peraturan perundangundangan yang lahir tidak dalam semangat memberi manfaat kepada rakyat. Tetapi sebaliknya memberi manfaat kepada segelintir orang atau kelompok. Bahkan yang lebih kejam, justru menyengsarakan rakyat, harus dicabut dengan kekuatan rakyat.

Harus disampaikan langsung kepada seluruh stakeholder bangsa ini, mendesak di beri pencerahan bahwa  perjalanan bangsa ini sudah menyimpang jauh dari kiblat bangsa  kita koreksi. Harus kita perbaiki, untuk Indonesia yang lebih baik.

Poros Perubahan tidak berpikir tentang next election, tetapi berpikir tentang next generation.  Saat ini hampir semua persoalan yang dihadapi dan dirasakan rakyat, yaitu terjadinya ketidakadilan dan kemiskinan.  Ini adalah persoalan Fundamental bangsa ini.

Disebut Fundamental, karena penyebabnya juga Fundamental. Sehingga penyelesaiannya juga harus Fundamental. Tidak bisa kita atasi dengan pendekatan yang kuratif dan karitatif. Harus Fundamental. Dari Hulunya, bukan di Hilir.

Ketidakadilan terjadi karena negara ini telah terkungkung oleh Oligarki Ekonomi yang telah menyatu dengan Oligarki Politik dan menyandera kekuasaan. Dan kemiskinan terjadi karena kemiskinan yang struktural, dampak dari ketidakadilan tersebut.

Konsolidasi elemen Civil Society mutlak diperlukan sebagai bagian dari kesadaran kita sebagai bangsa, bahwa Oligarki Ekonomi yang menyatu dengan Oligarki Politik adalah musuh utama Kedaulatan Rakyat.  Persoalan bangsa ini bukanlah soal pemerintah hari ini. Atau soal Presiden hari ini. Tetapi persoalan bangsa ini adalah Oligarki telah menjelma menjadi penjajahan bangsa Indonesia.

Baru pernah terjadi di era Pemerintahan Jokowi Oligarki Ekonomi ini diberi ruang seluas-luasnya. Apalagi masuk ke dalam kekuasaan, maka sama saja dengan kita memberikan kepada Sosok Sangkala atau Buto yang rakus untuk berkuasa.

Menjadi raja di Nusantara, mengatur dan mengendalikan kebijakan negara. Bebas menguasai sumber daya alam untuk memperkaya diri dan kelompok kalian. Hanya Empat orang di Republik ini, tetapi kekayaannya sama dengan 100 juta rakyat. Ini keterlaluan. Dan keterlaluan itu melahirkan ketidakadilan dan wabah kemiskinan dimana mana.

Poros Perubahan telah menempuh jalan konstitusi untuk menyelamatkan Indonesia, tetapi rezim bersama oligarki sudah bebal dari peringatan rakyat. Jalan satu satunya penjajahan Oligarki harus dimusnahkan dengan people power atau Revolusi untuk mengembalikan negara kembali ke jalan konstitusi sesuai UUD 45 asli.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News