Oleh: *Yusuf Blegur
Negeri ini sedang menampilkan maraknya karnaval kedzoliman hampir di semua sendi kehidupan.
Dari rakyat jelata, kelas menengah dan kalangan pejabat hingga pada pucuk kekuasaan.
Semua secara langsung maupun tidak langsung terlibat persekongkolan sebagai pelaku ataupun menjadi korban kejahatan.
Setidaknya melakukan pembiaran dan serba permisif saat disekitarnya ada kemungkaran, termasuk yang mengalami penindasan dan ketidakadilan.
Mana yang lebih dulu harus dibenahi, orangnya atau sistemnya tak pernah tuntas meski telah lama menjadi perdebatan.
Pada kenyataannya dalam kehidupan kebangsaan, kedua faktor itu saling terkait membuat kerusakan.
Sistem digunakan dengan pelbagai kelonggaran demi kepentingan, sementara manusianya kerasukan setan menikmati penyimpangan.
Bagai benang kusut dan basah pula, siapapun pemimpin Indonesia akan mengalami tantangan, kesulitan dan tekanan.
Tak sekedar ilmu, pengetahuan dan keahlian, Indonesia membutuhkan figur yang mempunyai
kecerdasan sekaligus keberanian.
Memiliki jejak rekam yang baik, bebas dari praktek-praktek KKN dan oligarki serta memiliki prestasi yang membanggakan.
Mau belajar dari sejarah, juga ulet dan gigih menyiapkan kehidupan yang lebih baik saat ini dan terlebih di masa depan.
Apakah semua faktor-faktor kepemimpinan ideal itu, ada pada seorang Anies Baswedan?. Satu hal yang prinsip dan mendasar, karakter pendidik seorang Anies Baswedan telah membentuk kepemimpinannya yang berwawasan dan berakhlakul kharimah sehingga bisa menjadi teladan.
Biar rakyat yang yang merasakan dan menilai sendiri, sampai pada waktunya akan memberikan keputusan.
Betapapun negeri ini dalam krisis menyeluruh dan berpotensi mengalami pergolakan, kehidupan rakyat yang kelam diliputi kebiadaban, sepertinya tak ada pilihan selain melabuhkan hatinya pada Anies Baswedan dan Keberadaban.
*Mantan Presidium GMNI